Saudaraku…
Sesunguhnya kita tengah hidup di hari-hari nan utama, waktu-waktu nan mulia, musim yang penuh berkah, waktu-waktu terbaik yang hendaknya dimanfaatkan dengan baik untuk meraih kebaikan dan beramal shaleh.
Saudaraku…
Sesungguhnya kita tengah hidup di hari-hari ini, di sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Hari-hari ini merupakan hari-hari yang penuh berkah. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–mengistimewakannya dengan beberapa keistimewaan. Penghayatan sejenak seorang mukmin tentang keistimewaan hari-hari ini akan memperbaharui kesemangatannya di dalam mengisi hari-hari ini, agar ia menghadapkan diri dengan hatinya dan jiwanya untuk mentaati Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–dan memperbagus ibadahnya.
Hari-hari Paling Utama Secara Mutlaq
Termasuk keistimewaan hari-hari ini adalah bahwa Allah- سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memilihnya dan menjadikannya sebagai hari-hari yang paling utama dalam setahun secara mutlak. Allah- سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan memilih apa yang dikehendaki-Nya pula. Maka, Dia- سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menjadikan 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah ini sebagai hari-hari yang paling baik dan yang paling utama.
Allah– سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–Bersumpah dengannya
Termasuk keistimewaan dan keutamaan hari-hari ini juga adalah bahwa Allah- سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-bersumpah dengannya, sebagai bentuk pemuliaan terhadap hari-hari ini dan untuk meninggikan kedudukannya. Hal tersebut terdapat di dalam firman-Nya,
﴿ وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ ﴾ [الفجر:1-3] ،
demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil (al-Fajr : 1-3)
Ibnu Abbas-رَضِيَ اللهُ عَنْهٌ –dan yang lainya dari kalangan ahli tafsir mengatakan, ‘Yang dimaksud dengan ‘al-‘Asyr’ (sepuluh) di dalam ayat tersebut adalah ‘sepululuh hari pertama dari bulan Dzulhijjah.’
Hari-hari Terbaik untuk Beramal Shaleh
Termasuk pula keistimewaan hari-hari ini adalah hari-hari yang paling baik untuk melakukan amal shaleh. Maka, tidaklah seorang mendekatkan diri kepada Allah- سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan suatu ibadah yang lebih utama daripada taqarrub (pendekatan diri) kepada-Nya di hari-hari yang mulia lagi utama ini.
Di dalam shahih al-Bukhari, Ibnu Abbas-رَضِيَ اللهُ عَنْهٌ – meriwayatkan dari Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bahwa beliau bersabda,
(( مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ – يعني العشر الأول من شهر ذي الحجة – قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ)) .
“Tidak ada hari di mana amal shaleh saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada di hari-hari ini, yaitu : sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah-“ Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah ! Tidak juga jihad di jalan Allah?’ Beliau menjawab, ‘Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan membawa apa pun.
Berkumpulnya Induk-induk Ketaatan
Termasuk pula keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini adalah bahwasanya di hari-hari tersebut berkumpul induk-induk ketaatan; shalat, puasa, haji, zakat dan ketaatan-ketaatan yang mulia dan ibadah-ibadah yang agung yang lainnya. Berkumpulnya hal-hal tersebut tidak dapat terwujud kecuali di waktu yang mulia lagi utama ini.
Musim Menunaikan Haji
Termasuk pula keistimewaan hari-hari ini adalah bahwa Allah-تَبَارَكَ وَتَعَالَى-menjadikannya sebagai musim untuk menunaikan haji ke rumah-Nya al-Haram dan menjadikan di dalamnya sebagai hari-hari-Nya yang agung. Di dalam sepuluh hari ini ada hari tarwiyah, yaitu hari ke-8 dari bulan Dzulhijjah, pada hari tersebut seseorang naik dari Makkah ke Mina dalam keadaan bertalbiyah untuk haji, seraya mengucapkan,
” لَبَّيْكَ اَللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ”
Labbaika Allahumma Labbaika. Labbaika Laa Syariika Labbaika. Innalhamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka. Laa Syariika Laka.
Di dalam sepuluh hari ini pula ada hari Arafah, yang merupakan sebaik-baik hari terbitnya matahari.
Di dalamnya pula ada yaum an-Nahri (hari penyembelihan) yang merupakan hari yang paling agung di sisi Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –sebagaimana telah valid dalam hadis dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bahwa beliau bersabda,
أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمُ النَّحْرِ
Seagung-agung hari di sisi Allah adalah hari Nahr (Penyembelihan)
Saudaraku…
Ini sejumlah keistimewaan dan keutamaan musim yang agung nan utama ini, maka apa yang telah kita persembahkan, wahai saudara-saudaraku yang beriman ?
Apakah keadaan kita bersama hari-hari ini sama seperti keadaan kita bersama hari-hari kita lainnya dalam setahun.?!
Apakah kita telah mengerti nilai, keutamaan dan kedudukan hari-hari ini ? Ataukah kita mengangap sama saja dengan hari-hari lainnya sepanjang tahun ?
Saudaraku…
Telah tergerakkah hati-hati kita di hari-hari ini untuk bertaubat dan kembali kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – , dan menghadapkan diri kepada-Nya dengan penuh semangat, ataukah hati-hati kita tetap diam saja, tidak tergerak sama sekali untuk itu ?
Saudaraku..
Telah menjadi tradisi para pedagang dunia bahwa mereka tidak mau terlewatkan oleh musim-musim berdagang untuk meraup seabreg keuntungan. Bahkan, jauh-jauh hari sebelum musim itu tiba, mereka telah mempersiapkan diri dengan pari purna dengan menghimpun barang-barang dan mendatangkan barang dagangan, menyediakan banyak waktu, mengerahkan segenap kesungguhan yang sangat besar untuk itu semua.
Sementara itu-wahai saudaraku- ini (hari-hari ini) merupakan musim yang mendatangkan keuntungan untuk perdagangan akhirat, untuk memperbagus upaya menghadapkan diri kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -. Karena itu, maka bagaimana keadaan kita bersama dengan hari-hari ini ?!.
Saudaraku…
Sesungguhnya kelemahan iman seseorang dan dosa-dosanya yang bertumpuk-tumpuk boleh jadi menghalanginya dari mendapatkan kebaikan-kebaikan di waktu-waktunya. Oleh karena itu, wahai saudaraku, selayaknya kita semua memanfaatkan dengan sebaik-baiknya hari-hari yang masih tersisa dari sepuluh hari nan utama ini, dengan bertaubat kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -, bersungguh-sungguh dan mengerahkan segenap kesungguhan dalam beribadah dan memperbagus sikap menghadapkan diri kita kepada-Nya, banyak memanjatkan doa, dan memperbanyak mengingat-Nya, karena sesungguhnya sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah ini merupakan musim nan agung untuk memperbanyak dzikrullah (mengingat Allah- سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-), sebagaimana Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –berfirman,
﴿ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ ﴾ [الحج:28] ،
dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan (al-Hajj : 28)
Ibnu Abbas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- dan yang lainnya mengatakan, ‘أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ (hari yang telah ditentukan) itu adalah sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah.
Maka, semestinya kita menjaga waktu-waktu nan utama ini dengan memperbanyak dzikrullah (mengingat Allah) -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –, banyak berdoa dan beristighfar, melazimi ketaatan dan ibadah, apalagi yang bersifat wajib. Karena Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman (dalam hadis Qudsi)
(( مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ)) ،
Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepadaku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya.
Oleh karena itu, termasuk hal yang hendaknya diperhatikan oleh seorang muslim di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini adalah perhatiannya terhadap shalat lima waktu, perhatian terhadap waktu-waktunya, bergegas untuk mengerjakannya, mengerjakannya dengan penuh kekhusyuan, penuh ketundukan, penuh ketuma’ninahan, penuh dengan mengingat-Nya, penuh dengan harapan terhadap rahmat rabbnya -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – dan takut akan azab-Nya.
Kita memohon kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – dengan nama-nama-Nya yang paling indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, semoga Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –menjadikan untuk kita semua hari-hari yang sepuluh ini sebagai saat untuk meraup segenap kebaikan. Menjadikan pula hari-hari ini untuk kita semuanya sebagai tangga dan sarana peningkatan kebaikan. Sesungguhnya Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –Maha mendengar doa, dan Dialah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – Dzat yang layak menjadi sandaran harapan. Dialah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –yang cukup menjadi penolong Kita dan Dialah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – sebaik-baik Pelindung”.
Amin
Wallahu A’lam
Sumber :
Disarikan dari khutbah Jum’at (5/12/1428 H) berjudul, ‘Fadhlu al-Asyr Min Dzil Hijjah’, Syaikh Prof.Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr-حَفِظَهُ اللهُ-.
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor