Dengan tauhid, hati seorang hamba menjadi hidup dengan kehidupan yang sejatinya. Isi yang memenuhinya adalah keridhoan kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kesuksesan dengan mendapatkan kemuliaan dan kenikmatan. Sementara, tanpa tauhid, seseorang akan hidup dengan kehidupan layaknya binatang. Seperti kata Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلًا [الفرقان: 44]
Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya. (al-Furqan : 44)
Maka orang yang kehilangan tauhid layaknya orang mati, walaupun ia berjalan di atas permukaan bumi. Sementara orang yang bertauhid, dialah orang yang hidup dengan kehidupan sebenarnya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
أَوَمَن كَانَ مَيۡتٗا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ [الأنعام: 122]
Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan … (al-An’am : 122)
Yakni, Kami hidupkan dia dengan iman dan tauhid.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ [الأنفال: 24]
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, (al-Anfal : 24)
Dan dengan tauhid, negeri menjadi aman, badan menjadi fresh, dan seseorang menjadi bahagia.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ [الأنعام: 82]
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. (al-An’am : 82)
Dan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡـٔٗاۚ [النور: 55]
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun (Qs. An-nur : 55)
Dan dengan tauhid pula, terwujudlah kebahagiaan seseorang, ketenangan jiwanya, dan rehat hatinya.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ [النحل: 97]
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. An-Nahl : 97)
Dan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,
فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ ١٢٣ وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ (١٢٤) [طه: 123-124]
Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Qs. Thaha : 123-124)
Dan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,
طه (١) مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰ( ٢) [طه: 1-2]
Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; (Qs. Thaha : 1-2)
Yakni, Kami menurunkannya agar kamu berbahagia karenanya, dan agar berbahagia pula orang-orang yang mengikutimu.
Wallahu A’lam
Sumber :
Ahadits Ishlahul Qulub, Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr-حَفِظَهُ اللهُ, hal. 3-4
Amar Abdullah bin Syakir