Keutamaan Perbuatan Baik Pada Bulan Ramadhan

Karena keutamaan bulan Ramadhan, setiap kebaikan dan bermacam-macam perbuatan baik pun diutamakan. Di antara perbuatan-perbuatan baik tersebut adalah sebagai berikut:

 (1) Sedekah

Keutamaan sedekah pada bulan Ramadhan adalah berdasarkan dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ صَدَقَةٌ فِيْ رَمَضَانَ

“Sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan.”[ Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 663. Hadits ini adalah hadits dhaif.]

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ الصَّائِمِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barangsiapa yang memberi makanan untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan, seperti pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.”[ Diriwayatkan oleh Ahmad, no. 21168; dan at-Tirmidzi, no. 807. Hadits ini adalah hadits shahih.]

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى طَعَامٍ وَشَرَابٍ مِنْ حَلَالٍ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ فِيْ سَاعَاتِ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَصَلَّى عَلَيْهِ جِبْرِيْلُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ

“Barangsiapa yang memberi makanan atau minuman untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa dari hartanya yang halal, maka malaikat akan memanjatkan shalawat baginya selama beberapa saat pada bulan Ramadhan dan Malaikat Jibril akan memanjatkan shalawat baginya pada malam Qadar (Lailatul Qadar).”[Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 2/261 dan Abu asy-Syaikh.]

Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-adalah orang yang paling dermawan di antara manusia dalam melakukan kebaikan dan beliau lebih dermawan lagi melakukan kebaikan tersebut pada bulan Ramadhan di mana Malaikat Jibril mendatanginya. Demikian seperti diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6.

(2) Ibadah atau shalat sunnah pada malam Ramadhan (Qiyamul Lail)

Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- wasallam,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang melakukan qiyamul lail pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ganjaran Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[ Muttafaq ‘alaih; al-Bukhari, no. 37; Muslim, no. 760.]

Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- senantiasa menghidupkan malam-malam Ramadhan, dan jika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau membangunkan keluarganya dan semua anak-anak serta orang dewasa yang mampu melakukan shalat.[ Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1174.]

 (3) Membaca al-Qur’an al-Karim

Karena Rasulullah–صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-  memperbanyak membaca al-Qur’an al-Karim pada bulan Ramadhan dan Malaikat Jibril ‘alaihissalam membacakan al-Qur’an kepada beliau pada bulan Ramadhan [Riwayat al-Bukhari].

Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- membaca al-Qur’an di dalam shalat lebih lama pada bulan Ramadhan daripada bacaannya pada bulan-bulan yang lain. Pada suatu malam, Hudzaifah melaksanakan shalat bersama Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, dan beliau membaca surat al-Baqarah, kemudian Ali Imran dan an-Nisa’. Setiap kali membaca ayat yang memberikan peringatan tentang sesuatu yang menakutkan, beliau berhenti sejenak untuk berdoa. Tidaklah beliau melakukan shalat melainkan dua rakaat sampai Bilal datang dan mengumandangkan adzan untuk shalat, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih (Muslim, no. 772). Rasulullah–صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- juga bersabda,

اَلصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ الصَّوْمُ: رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ بِالنَّهَارِ، وَيَقُوْلُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنَا بِهِ

“Puasa dan al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada Hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb, aku menahannya dari makan dan minum pada siang hari. Dan al-Qur’an berkata, ‘Wahai Rabb, aku menahannya dari tidur pada malam hari, maka izinkan kami memberikan syafa’at kepadanya’.”[ Diriwayatkan oleh Ahmad, no. 6589 dan an-Nasa`i.]

 (4) I’tikaf

 Yaitu menetap di masjid untuk melakukan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-  selalu melakukan i’tikaf selama sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memanggilnya sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih (Muslim, no. 1171).

Rasulullah –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-  juga bersabda,

اَلْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَتَكَلَّفَ اللهُ لِمَنْ كَانَ الْمَسْجِدُ بَيْتَهُ بِالرَّوْحِ وَالرَّحْمَةِ وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ إِلَى رِضْوَانِ اللهِ إِلَى الْجَنَّةِ

“Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertakwa, dan Allah akan menjamin bagi orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya dengan memberinya kasih sayang, rahmat, dan keberhasilan melewati titian menuju keridhaan Allah sampai ke surga.”[ Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Kabir, 6/254; dan al-Bazzar, 6/506.]

 (5) Umrah

 Yaitu melakukan ziarah ke Baitullah Masjidil Haram untuk melaksanakan thawaf dan sa’i pada bulan Ramadhan. Ini berdasarkan sabda Rasulullah–صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

عُمْرَةٌ فِيْ رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً مَعِيْ

“Umrah pada bulan Ramadhan sama dengan haji bersamaku.”[ Muttafaq ‘alaih; al-Bukhari, no. 1863; Muslim, no. 1256.]

Rasulullah–صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- juga bersabda,

اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا

“Umrah satu sampai dengan umrah yang berikutnya adalah penghapus dosa-dosa yang dilakukan di antara keduanya.”[ Muttafaq ‘alaih; al-Bukhari, no. 1773; Muslim, no. 1349.]

Wallahu A’lam

Sumber :

Minhajul Mulim,  Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *