Termasuk sifat orang-orang yang beriman adalah menegakkan shalat. Menegakkan shalat termasuk sifat yang zhahir dan bersifat praktis. Allah telah menyifati orang-orang yang beriman dengan sifat ini di banyak ayat dari kitab-Nya. Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ [البقرة : 2 ، 3]
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka (Qs. al-Baqarah : 2-3)
Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga befirman,
هُدًى وَرَحْمَةً لِلْمُحْسِنِينَ (3) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4) [لقمان : 3 ، 4]
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat (Qs. Lukman : 3-4)
Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga befirman,
هُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (3) [النمل : 2 ، 3]
untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. (Qs. an-Naml : 2-3)
Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga befirman,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ [البقرة : 277]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Qs. al-Baqarah : 277)
Dan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah memerintahkan terhadap orang-orang yang beriman agar mereka senantiasa berhias diri dengan sifat ini ‘ medirikan shalat ‘ di beberapa tempat di dalam kitab-Nya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ [البقرة : 110]
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (Qs.al-Baqarah : 110)
Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ [النور : 56]
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. (Qs. an-Nuur : 56)
Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ… [العنكبوت : 45]
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar… (Qs. al-‘Ankabut : 45)
Para salaf berbeda-beda di dalam memberikan ungkapan terkait dengan makna sifat ini ‘Mendirikan Shalat’.
Ibnu ‘Abbas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- mengatakan :
Iqamamatu ash-Shalah, mendirikan shalat yaitu, menyempurnakan ruku’, sujud, bacaan, khusyu’ dan menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah di dalam shalat.
Qatadah-رَحِمَهُ اللهُ – mengatakan :
Iqamamatu ash-Shalah, mendirikan shalat yaitu, menjaga (shalat dengan melakukannya pada) waktu-waktunya, wudhu-wudhunya, ruku’-ruku’nya dan sujud-sujudnya.
Muqatil bin Hayyan-رَحِمَهُ اللهُ-mengatakan :
‘Mendirikannya, yaitu, menjaga (shalat dengan melakukannya pada) waktu-waktunya, bersuci secara sempurna untuk mengerjakannya, menyempurnakan ruku dan sujudnya, dan bacaan al-Qur’an, serta tasyahud dan bershalawat kepada Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- di dalamnya.
Saya katakan :
Kesemua makna yang disebutkan ini benar. Mendirikan shalat mencakup kesemua hal tersebut, dan makna-makna ini terangkum dalam ungkapan bahwa mendirikan shalat itu merupakan ungkapan tentang pengerjaannya secara kontinyu, penjagaan terhadap waktu-waktunya, batasan-batasannya, rukun-rukunnya, dan gerakan-gerakannya, kerena mendirikan sesuatu maknanya melaksanakannya dengan menjaga hak-haknya. Seperti dikatakan, ‘Ia mendirikan perintah’, yakni, bila seseorang mengerjakannya dengan memberikan hak-haknya.
Dengan ini, menjadi jelas bagi Anda-wahai saudaraku Muslim-bahwa mendirikan shalat tidak sekedar menunaikan tindakan-tindakan khusus semata, tanpa menyempurnakannya, tanpa ada kekhusyu’an dan thuma’ninah, menjaganya, dan mengerjakannya secara kontinyu. Karena, sesungguhnya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengancam dengan al-Wail bagi siapa yang shalat namun tidak mendirikannya, bahkan ia lalai dari maksud shalat , isi dan ruhnya, seraya berfirman,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) [الماعون : 4 ، 5]
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (Qs. al-Ma’un : 4-5)
Karenanya, tidak setiap orang yang mengerjakan shalat dipastikan bahwa ia telah mendirikan shalat. Hal demikian itu karena, mendirikan shalat itu mengharuskan adanya penyempurnaan dalam mengerjakannya, adanya keikhlasan di dalamnya, kekhusyu’an, ketundukan, rasa cinta dan rasa takut (kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-).
Ketika, hal-hal ini tidak ada pada shalat yang dilakukan oleh orang-orang Munafiq, maka dengan shalat itu mereka tidak menambah hubungan dengan Allah melainkan semakin jauh. Dan, mereka pun bakal ditempatkan ke dalam dasar Neraka. Karena mereka tidak mengerjakan shalat dengan sempurna, hati mereka kosong dari keikhlasan, rasa cinta dan takut kepada-Nya. Mereka mengerjakan shalat karena ingin dilihat manusia, mereka tidak menyempurnakan ruku’, sujud, dan I’tidalnya, bahkan mereka mengerjakannya dengan cepat bak burung gagak yang mematuk. Mereka tidak mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit. Sebagaimana firman-Nya,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا [النساء : 142]
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (Qs. An-Nisa : 142)
Wallahu A’lam
Sumber :
Al-Iidhaahu Wa at-Tabyinu Li-Ba’dhi Shifaati al-Mukminin, Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi, 1/10. Dengan sedikit gubahan
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor