Kita diciptakan oleh Allah Ta’ala memang untuk beribadah, namun dalam menjalani kehidupan ini, Allah Ta’ala juga memberikan kepada masing-masing kita tanggung jawab. Yaitu sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah berikut:
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari)
Dan untuk itu, di dalam Islam juga terdapat Syiar Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Amar Ma’ruf mengajak orang lain kepada kebaikan, dan Nahi Munkar untuk menjaga orang-orang terdekat, lingkungan dan yang dalam cakupan tanggung jawab agar tidak melanggar larangan Allah Ta’ala.
Berkata Syaikh Muhammad bin Utsaimin Rahimahullah:
“فكل من اتبع النبي صلى الله عليه وسلّم فإنه لا يُكتفى باتباعه، أن يقوم بالعبادات الخاصة. من صلاة، وزكاة، وصيام، وحج وبر والدين، وصلة رحم، بل لابد أن يكون داعية إلى الله ـ سبحانه وتعالى ـ بحاله ومقاله.” (تعاون الدعاة وأثره في المجتمع, لفضيلة الشيخ العلامة محمد بن صالح العثيمين –رحمه الله-)
“Setiap orang yang mengaku mengikuti Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidaklah cukup baginya mengaku telah mengikuti Nabi dengan hanya melaksanakan ibadah-ibadah khusus perseorangan seperti shalat, zakat, puasa, haji, bakti kepada orangtua dan silaturrahmi. Akan tetapi juga harus menjadi Da’i kepada jalan Allah Ta’ala dengan sikap dan ucapannya”.
Ya, begitulah seharusnya. Sebagai orang tua, misalnya seorang bapak. Dia tidak boleh hanya merasa cukup dengan dapat menjaga shalat 5 waktu di masjid namun anak-anak dan istrinya pulas dalam tidur. Atau seorang pendidik, selain harus menjadi teladan, dia juga dituntut untuk mendidik karakter murid-muridnya. Jangan hanya diberi nilai bagus ketika dapat menjawab ujian, namun tidak pernah ditegur jika si murid tida berakhlak yang baik. Dan contoh lainnya.
Maka, jagalah agama Allah Ta’ala dengan menyeru kepada kebaikan dan saling mengingatkan agar tidak terbujuk rayuan syaitan.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran: 104)
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita taufik dan hidayah-Nya.
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor