Ingkari Kemungkaran Yang Tampak

Amar Makruf Nahi Munkar adalah syiar agung yang sangat berperan dalam menjaga Umat di tengah gelombang cobaan fitnah, syahwat dan syubhat. Karena dengannya perintah Agama didengar dan diamalkan, dan laranga-larangnya ditinggalkan.

Maka, adalah suatu yang membahayakan jika orang-orang tidak lagi peduli dengannya, Nabi bersabda:

مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي ثُمَّ يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا ثُمَّ لَا يُغَيِّرُوا إِلَّا يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ

“Tidaklah kemaksiatan yang dilakukan pada suatu kaum, kemudian mereka mampu mencegahnya tetapi tidak mau mencegah, melainkan Allah akan meratakan siksa kepada mereka.” (HR Abu Dawud)

Namun, dalam pelaksanaannya, mengingkari kemungkaran tidak juga sampai harus ke level memata-matai, sehingga menimbulkan masalah sosial baru karena dianggap mengusik privasi orang lain, dan seterusnya menjadi bahan gunjingan. Tapi, ingkarilah kemungkaran yang tampak atau ditampakkan oleh pelakunya.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al Hujurat:12)

Jadi harus bagaimana? Simak ucapan Khalifah Umar bin Khattab berikut:

إن أناساً كانوا يؤخذون بالوحي في عهد الرسول صلى الله عليه وسلم، وإن الوحي قد انقطع، وإنما نأخذكم الآن بما ظهر لنا من أعمالكم، فمن أظهر لنا خيراً أمناه وقربناه، وليس علينا من سريرته شيء، الله يحاسب سريرته، ومن أضمر لنا سوءاً لم نأمنه ولم نصدقه، وإن قال إن سريرته حسنة”. الجامع لأحكام القرآن

“Dulu orang-orang dihukum sesuai dengan turunnya wahyu pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, namun kini wahyu sudah tidak turun lagi. Maka kami sekarang memutuskan berdasarkan apa yang tampak bagi kami dari perbuatan kalian. Barangsiapa yang menampakkan kebaikan, maka kami percayai dan dekat dengannya, tidak ada urusan kami dengan rahasianya, hal itu Allah Ta’ala lah yang memutuskan. Dan barangsiapa yang tampak bagi kami keburukan, maka tidak kami percayai, meski dia mengaku bahwa sejatinya dia orang yang baik”. (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 333/16)

Ya, berinteraksilah dengan sesama sesuai dengan yang tampak. Ingkari yang melakukan kemungkaran, dan berbaik sangkalah kepada yang tidak menampakkannya. Jangan sampai kita berburuk sangka kepada orang baik, namun malah bermanis mulut kepada yang terang-terangan melakukan kemungkaran di depan mata.

Semoga Allah Ta’ala memberikan kita taufik dan hidayahnya.

 

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *