Tanya Jawab Menggugurkan Janin Hasil Perbuatan Zina

Pertanyaan

Assalamualaikum ustadz..
Saya ingin bertanya…
Saya telah melakukan dosa zinah dengan pacar saya.. kemudian saya hamil 10minggu..
Namun pacar saya bersikeras untuk menggugurkan kandungan tersebut.. sampai saat ini saya menyesal dan saya minta pertanggung jawaban hal tersebut kepada pacar saya. Karna saya takut jika di akhirat nanti bayi saya meminta pertanggungjawabannya kepada saya. saya bingung ustadz apa yg harus saya lakukan. Sedangkan saat ini hubungan saya dengan pacar saya sekarang sedang tidak baik-baik saja.
Orang tua saya sudah menyuruh pacar saya kerumah membawa iktikad baiknya bersama orang tuanya. namun orang tua pacar saya menolak karna faktor usianya yang dibilang masih suka bermain.
Mohon ustadz jawabannya saya sekarang sangat dilema.

Jawaban :

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu

Alhamdulillah,

Pertama, Telah maklum bahwa berbuat zina termasuk perbuatan yang dilarang oleh Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang harus dihindari, sebagaimana firman-Nya,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا [الإسراء : 32]

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (Qs. Al-Isra’ : 32)

Barang siapa melakukannya, ia telah terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Bahkan, dosa yang sangat besar.

Karenanya, jika benar bahwa Anda telah berzina maka bertaubatlah Anda kepada Allah, dan mohon ampunlah kepada-Nya. Allah befirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا  [التحريم : 8]

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-murninya). .. (Qs. At-Tahrim : 8)

Berhentilah Anda dari perbuatan dosa tersebut. Sesalilah perbuatan dosa Anda tersebut. Bertekad bulatlah Anda untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Lakukanlah pertaubatan Anda tersebut dengan ikhlas semata-mata karena Allah ta’ala.

Allah-سبحانه وتعالى- berfirman,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ  [آل عمران : 135]

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (Qs. Ali Imran : 135)

Disamping itu, jauhilah sebab-sebab yang boleh jadi akan mengantarkan Anda kepada terjatuh kembali ke dalam perbuatan dosa tersebut, seperti berpacaran, pergaulan bebas dan lain sebagainya.

Dan, perbanyaklah amal shaleh apa saja yang mampu Anda lakukan. Semoga dengannya dosa Anda diampuni oleh Allah Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Kasih Sayang.

Kedua, Terkait dengan ‘kehamilan Anda akibat perzinaan yang Anda lakukan’, maka kami sarankan agar Anda tetap menjaganya, hingga Anda melahirkannya sepanjang tidak ada faktor yang membolehkan Anda untuk menggugurkannya. Karena, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-ketika didatangi oleh seorang wanita yang tengah hamil karena zina dengan maksud agar Nabi menegakkan hukuman kepadanya, beliau tidak menyuruh wanita tersebut untuk menggugurkan kandungannya. Bahkan beliau menyuruh wali si wanita tersebut untuk berlaku baik kepadanya. Sebagaimana hadis berikut,

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ أَتَتْ نَبِىَّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَهِىَ حُبْلَى مِنَ الزِّنَى فَقَالَتْ يَا نَبِىَّ اللَّهِ أَصَبْتُ حَدًّا فَأَقِمْهُ عَلَىَّ فَدَعَا نَبِىُّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلِيَّهَا فَقَالَ « أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ فَائْتِنِى بِهَا »

‘Imran bin Hushain meriwayatkan bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-sementara ia dalam keadaan hamil karena zina. Lalu, wanita tersebut mengatakan (kepada Nabi), “Wahai Nabiyullah !, aku telah melakukan sesuatu yang mewajibakan hukuman had (rajam), karena itu tegakkanlah hukuman tersebut kepadaku.” Lalu, Nabiyullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-memanggil wali si wanita tersebut. Lalu, beliau mengatakan kepadanya, ‘Berlaku baiklah kepada wanita ini’. Lalu, bila ia telah melahirkan, datanglah kepadaku dengan membawa serta wanita ini….alhadis (HR. Muslim, no. 4529)

Dengan demikian, janganlah Anda turuti keinginan keras si fulan yang telah berzina dengan Anda yang menginginkan agar Anda menggugurkan hasil hubungan terlarang Anda dengannya tersebut.

Ketiga, penyesalan Anda akan perbuatan dosa yang telah Anda lakukan semoga merupakan pertanda dari kesungguhan Anda untuk bertaubat dari perbuatan dosa Anda tersebut dengan benar. Karena, dikatakan,

التَّوْبَةُ النَّصُوحُ النَّدَمُ عَلَى الذَّنْبِ حِينَ يَفْرُطُ مِنْكَ فَلْتَسْتَغْفِرِ الله ثُمَّ لا تَعُودُ إِلَيْهِ أبَداً

Taubat yang benar adalah penyesalan atas dosa ketika kelalaian timbul dari dirimu, lalu kamu mememohon ampun kepada Allah, kemudian kamu tidak kembali melakukan dosa tersebut selamanya.

Dikatakan juga,

النَّدَامَةُ تَوْبَةٌ وَالتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لا ذَنْبَ لَهُ وَالمُسْتَغْفِرُ مِنَ الذَّنْب، وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَيْهِ كَالمْسْتَهْزِىء بِرَبِّهِ

Penyesalan merupakan taubat. Dan, orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa. Dan, orang yang memohon ampunan dari dosa semetara ia terus saja bergumul dalam dosa tersebut, seperti orang yang menghina Rabbnya. (Irsyadul ‘Ibad Ilaa Sabiili ar-Rasyaad, Malyabariy, 1/365)

Keempat, permintaan tanggungjawab anda kepada si fulan yang telah berzina dengan Anda, jika yang Anda maksud dengan pernyataan Anda ini adalah agar si fulan menikahi Anda, maka para ulama berbeda pendapat mengenaik kebolehan dan keabsahannya. Pendapat yang terpilih adalah boleh bagi seorang wanita pezina dinikahi seorang lelaki yang telah menzinainya bila mana kedua belah pihak pezina tersebut telah bertaubat kepada Allah ta’ala.

Kelima, Adapun terkait dengan pernyataan Anda ‘ saya takut jika d akhirat nnti bayi saya meminta pertanggung jawabannya kepada saya ‘ maka ini merupakan sangkaan yang saya tidak tahu apa dasarnya dalam agama kita. Sejauh yang saya ketahui bahwa bayi yang terlahir sampai pun sebagai hasil hubungan zina tetap dalam keadaan fithrah (suci), ia tidak bedosa, dan ia pun tak akan meminta pertanggung jawab kepada ibunya atau kepada lelaki yang telah menzinai ibunya yang menjadi sebab terlahirnya dirinya ke dunia. Karenanya, sanggkaan atau anggapan Anda tersebut hendaknya Anda enyahkan dari relung hati Anda.

Demikian. Wallahu a’lam

جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ مِنْ غَامِدٍ مِنَ الأَزْدِ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِى. فَقَالَ « وَيْحَكِ ارْجِعِى فَاسْتَغْفِرِى اللَّهَ وَتُوبِى إِلَيْهِ ». فَقَالَتْ أَرَاكَ تُرِيدُ أَنْ تُرَدِّدَنِى كَمَا رَدَّدْتَ مَاعِزَ بْنَ مَالِكٍ. قَالَ « وَمَا ذَاكِ ». قَالَتْ إِنَّهَا حُبْلَى مِنَ الزِّنَا. فَقَالَ « آنْتِ ». قَالَتْ نَعَمْ. فَقَالَ لَهَا « حَتَّى تَضَعِى مَا فِى بَطْنِكِ ». قَالَ فَكَفَلَهَا رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ حَتَّى وَضَعَتْ قَالَ فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ قَدْ وَضَعَتِ الْغَامِدِيَّةُ. فَقَالَ « إِذًا لاَ نَرْجُمَهَا وَنَدَعَ وَلَدَهَا صَغِيرًا لَيْسَ لَهُ مَنْ يُرْضِعُهُ ». فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَقَالَ إِلَىَّ رَضَاعُهُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ. قَالَ فَرَجَمَهَا

 

 

(HR. Muslim, no. 4527)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *