10 Hari Pertama Dzulhijjah Hari Hari Nan Utama

Sungguh sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah merupakan hari-hari nan utama, hari-hari yang diagungkan, hari-hari nan mulia, hari-hari yang diberkati, pada hari-hari itu kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba dilipat gandakan. Pahala-pahala menjadi banyak disebabkan karenanya. Kesalahan-kesalahan pun diperbesar kadarnya. Kejelekan-kejelekan diperberat kadarnya. Bahkan, sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah itu merupakan hari-hati yang paling mulia, paling agung dan paling utama dalam setahun.

Bahkan, sekelompok ulama menaskan bahwasanya sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah itu lebih utama dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.

Dan, Allah ﷻ memperhatikan tentang sepuluh hari tersebut di dalam kitabnya dan bahwa hari-hari tersebut merupakan hari-hari berdzikir kepadanya, Allah berfirman di dalam surat Al Hajj

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

Dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan…(Qs. Al Hajj : 28)

Imam Al Bukhari di dalam shahihnya, di hadis no 969 mengatakan, ‘dan Abdullah bin Abbas -semoga Allah meridhinya- mengatakan, (yang dimaksud firmannya), فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ , pada beberapa hari yang telah ditentukan… yakni, أَيَّامُ الْعَشْرِ (sepuluh hari petama dari bulan Dzulhijjah).

Dan, Allah azza wa jalla berfirman seraya bersumpah dengan الْعَشْرِ (sepuluh hari ini) di permulaan surat Al Fajr

وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2)

Demi fajar, demi malam yang sepuluh (Qs. Al Fajr : 1-2)

Imam Ibnu Jarir Ath Thabariy –semoga Allah merahmatinya- di dalam tafsirnya (24/397) mengatakan terkait ayat ini, ‘Dan yang benar dari pendapat yang ada tentang hal itu –menurut kami- adalah bahwasanya sepuluh itu adalah sepuluh Adh-ha (10 pertama dari bulan Dzulhijjah) karena terkumpulnya hujjah dari kalangan para ahli takwil (tafsir) atas hal tersebut. Selesai perkataan beliau.

Dan, Al Hafizh Ibnu Katsir Asy Syafi’iy -semoga Allah merahmatinya- di dalam tafsirnya (8/390) mengatakan, malam yang sepuluh yang dimaksudkan adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, sebagaimana kata Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan tidak hanya seorang dari kalangan salaf dan khalaf. Selesai perkataan beliau.

Dan, telah shahih dari Masruq seorang tabi’in -semoga Allah merahmatinya- bahwa pernah ditanya tentang firman Allah ta’ala

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi malam yang sepuluh.

Maka, beliau menjawab, ‘ia adalah hari-hari yang paling utama dalam setahun.

Dalam lafzh lainnya

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi malam yang sepuluh.

Beliau mengatakan, Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan ia adalah hari-hari dimana Allah menjanjikan kepada Musa عَلَيْهِ السَّلَامُ.

(Diriwayatkan Abdurrazzaq di dalam Mushannafnya (8120), Ibnu Jarir Ath Thabariy di dalam tafsirnya (24/396 dan 367) dan Ath Thabraniy di dalam Fadhlu ‘Asyr Dzil Hijjah (24))

Dan, telah shahih dari Qatadah Ad Dausiy, seorang Tabi’in, -semoga Allah merahmatinya-

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi malam yang sepuluh.

Beliau mengatakan, Dulu kami mengatakan bahwasanya itu adalah sepulah hari Al Adh-ha (Diriwayatkan oleh Ibnu Jajir Ath Thabari di dalam tafsirnya (24/396) dan Ath Thabraniy di dalam Fadhlu ‘Asyr Dzil Hijjah (22)

Rasulullah ﷺ telah meninggikan perkara sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah ini, beliau mengagungkannya dan menampakkan keutamaannya dan besarnya pahalanya. Telah shahih dari beliau bahwa beliau ﷺ bersabda

مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذَهِ اْلأَيَّامِ الْعَشْرِ فَقَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Tidak ada hari di mana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : 10 hari dari bulan Dzulhijjah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah? Beliau menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apa pun.” (HR. Al Bukhari, 969, At Tirmidzi, 757 dan ini adalah lafazh miliknya, dan selain keduanya, dari hadis Ibnu Abbas -رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا-)

Dalam sebuah lafazh, dengan sanad yang hasan

مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَلَا أَعْظَمَ أَجْرًا مِنْ خَيْرٍ يَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ الْأَضْحَى قِيْلَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ اِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Tidak ada suatu amal yang paling suci di sisi Allah azza wa jalla dan tidak pula lebih besar pahalanya daripada kebaikan yang dilakukannya di sepuluh Al Adh-ha. Dikatakan (kepada Nabi), ‘tidak pula jihad di jalan Allah ? beliau menjawab, ‘tidak pula berjihad di jalan Allah. kecuali seseorang keluar dengan diri dan hartanya kemudian tidak kembali dengan sesuatu apa pun.” (HR. Ad Darimiy, 1815)

Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalaniy Asy Syafi’iy -semoga Allah merahmatinya- di dalam kitabnya, Fathul Baariy Syarah Shahih Al Bukhariy (2/460), “Di dalam hadis ini terdapat penegasan akan agungnya posisi jihad dan betingkat-tingkatnya derajatnya, dan bahwa tujuan paripurna dalam jihad adalah mempersembahkan jiwa untuk Allah ta’ala. Dan, di dalam hadis ini juga terdapat penjelasan tentang pengutamaan sebagian waktu atas waktu yang lainnya, dan keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah atas hari-hari yang lainnya dalam setahun. Selesai perkataan beliau.

Wallahu A’lam

 

Sumber :

Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Khaashah Bi-Ayyami ‘Asyr Dzilhijjah Al Uwal, 1, Abdul Qadir bin Muhammad bin Abdurrahman Al Junaid, hal.4-7

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *