Shalat lima waktu adalah kewajiban dan rukun Islam. Bahkan meninggalkannya secara total atau mengingkari kewajibannya adalah kekafiran. Berkata Ayyub Assakhtiyani Rahimahullah:
من ترك الصلاة كفر لا يختلف فيه
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat (secara total) maka dia telah kafir. Dan tidak ada perdebatan tentang itu.” (Riwayat ini disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Attarghib wat Tarhib)
Dan menegakkan shalat lima waktu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah yang akil dan baligh.
Dan bagi orangtua ada kewajiban tambahan, yaitu wajibnya mengajarkan anak shalat sejak usia dini, yaitu umur 7 tahun. Dan mempertegas dengan hukuman jika sudah berumur 10 tahun namun tetap malas untuk shalat.
Sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam:
مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anak kalian untuk menunaikan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka saat mereka berusia sepuluh tahun, pisahkan tempat tidur di antara mereka.” (HR. Al-Albany dalam Shahih Abu Daud)
Ini merupakan bagian dari tarbiyah Islam. Agar anak sudah terbiasa terlebih dahulu untuk shalat 5 waktu, biasa bangun subuh dan ingat waktu shalat di jam-jam main. Sehingga ketika mereka memasuki usia baligh, mereka sudah siap untuk mengemban kewajiban mereka ini, yaitu harus selalu shalat 5 waktu, tidak boleh meninggalkannya.
Namun dalam prakteknya, bapak dan ibu memang harus banyak bersabar dan telaten. Dan ini sudah merupakan perintah Allah Ta’ala, yaitu dalam firman-Nya:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (QS Taha: 132)
Ya, harus bersabar sampai berhasil. tidak boleh tidak. tidak ada istilah yang penting si anak pekertinya baik, prestasi di sekolah, dsbg namun tidak shalat.
Semua itu hanyalah bumerang yang akan menjadi malapetaka bagi mereka dan orangtua sendiri.
Allah Ta’ala berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (QS Maryam: 59)
Dan ingat, jika anak adam manusia telah mati, maka akan terputus semua amalannya kecuali sedekah jariyah, ilmu bermanfaat yang diajarkan dan anak soleh. Maka meskipun kelak si anak besar dan menjadi orang sukses berpendidikan tinggi dan kaya raya namun tidak soleh, maka sungguh merugilah si orangtua tidak memiliki amalan yang mengalir kepadanya.
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita taufik sehingga dapat mendidik generasi yang rabbani.
Ditulis oleh:
Muhammad Hadrami LC
Alumni Fakultas Syariah LIPIA JAKARTA