Janganlah Meremehkan Dosa
Berhubungan dengan penjelasan yang telah lalu mengenai menganggap besar suatu dosa adalah rasa takut dari menganggap remeh suatu dosa kecil.
Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – memperingatkan keras akan hal itu dan membuat permisalan yang menarik.
Dari Ibnu Mas’ud-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – bahwa ia berkata, “Janganlah kalian meremehkan dosa, sebab hal itu bila berhimpun dalam diri seseorang akan membinasakannya. Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- membuat permisalan mengenai mereka seperti kaum yang singgah di tanah yang tandus. Lalu datanglah orang yang cerdik di antara kaum itu. Kemudian seorang pergi lalu membawa ranting dan seorang lagi datang membawa ranting sehingga mereka mengumpulkan ranting yang banyak dan menyalakan api serta dapat mematangkan apa yang mereka lemparkan ke dalam api tersebut. (HR. Ahmad, 1/402 dan ath-Thabraniy)
Inilah permisalan sangat mendalam dari manusia paling fasih, Nabi Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – mengenai bahaya dosa-dosa yang berhimpun pada diri seorang hamba. Satu ranting atau dua ranting mungkin tidak berarti apa-apa. Tetapi jika ranting itu banyak, maka ia menjadi kayu bakar yang dapat menyalakan api dan mematangkan makanan.
Karena itulah Ibnul Mu’taz-رَحِمَهُ اللهُ- mewasiatkan hal itu, mensinyalir makna tersebut,
Jauhilah dosa yang kecil dan yang besar
Itulah ketakwaan
Bertindaklah layak orang yang berjalan di atas bumi dengan berdiri
Agar ia berhati-hati terhadap apa yang dilihatnya
Jangan remehkan kecilnya dosa
Karena sesungguhnya gunung itu adalah tumpukan pasir
Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengingatkan istri beliau, Aisyah –رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- dari hal itu seraya bersabda kepadanya,
يَا عَائِشَةُ إِيَّاكِ وَمُحَقِّرَاتِ الْأَعْمَالِ فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللهِ طَالِبًا
Wahai ‘Aisyah, janganlah kamu meremehkan amal perbuatan. Karena Allah akan menuntutnya. (HR. Ibnu Hibban)
Dalam hadis Amr bin Al-Awhash-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata, aku mendengar Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pada haji wada’ bersabda kepada segenap manusia :
أَيُّ يَوْمٍ هَذَا … أَلَا وَإِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يُعْبَدَ فِي بِلَادِكُمْ هَذِهِ أَبَدًا, وَلَكِنْ سَتَكُوْنُ لَهُ طَاعَةٌ فِيْمَا تَحْتَقِرُوْنَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ فَسَيَرْضَى بِهِ
Hari apakah ini … Ketahuilah bahwa setan selalu berputus asa untuk disembah di negeri kalian ini selama-lamanya. Tetapi akan ada ketaatan kepadanya dalam amalan yang kalian remehkan, maka ia merasa puas dengan hal itu (HR. Ibnu Majah)
Banyak sekali wasiat dari Salaful Ummah yang memperingatkan sikap menganggap remeh suatu dosa dan menjelaskan bahayanya terhadap seseorang.
Ka’ab – رَحِمَهُ اللهُ-berkata, “Seorang hamba benar-benar melakukan dosa kecil tapi ia tidak menyesal dan tidak pula beristighfar darinya. Kemudian dosa itu menjadi besar di sisi Allah sehingga sebesar gunung. Sementara seorang hamba yang melakukan dosa besar, lalu dia menyesal dan beristighfar darinya, maka dosa itu menjadi kecil di sisi Allah sehingga Dia mengampuninya. (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman,no. 7151)
Fudhail bin ‘Iyadh –رَحِمَهُ اللهُ – berkata ” Sejauh mana kamu menganggap kecil dosamu, maka sejauh itu pula menjadi besar di sisi Allah dan sejauh mana kamu menganggap besar dosamu, maka sejauh itu pula menjadi kecil di sisi Allah (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman,no. 7152)
Dari Hasan –رَحِمَهُ اللهُ – bahwasanya ia berkata, “Barangsiapa yang melakukan kebajikan, meskipun kecil, maka Allah akan memberikan cahaya di dalam hatinya dan kekuatan dalam amalnya. Jika ia melakukan perbuatan baruk meskipun kecil, maka Allah akan memberikan kegelapan dalam hatinya dan kelemahan dalam amalnya.” (Riwayat al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman,no. 7119)
Dari Abu Ayyub al-Anshari –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- bahwa ia berkata, ” Seseorang benar-benar melakukan amal kebajikan, dan ia menyandarkan keselamatan kepadanya, dan ia melakukan amalan-amalan yang remeh hingga ia datang kepada Allah sedangkan amalan-amalan yang remeh tersebut telah membahayakannya. Dan seseorang benar-benar melakukan amal keburukan tapi ia menyesalinya sehingga ia datang kepada Allah dalam keadaan aman (Riwayat al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman,no. 7166)
Ibnul Qayyim-رَحِمَهُ اللهُ – berkata, “Jika ia tahu demikian, lalu seorang hamba menganggap sedikit (kecil) kemaksiatan tersebut, itu berarti kelancangan terhadap Allah, bodoh terhadap nilai ‘Siapa’ yang dia maksiati dan nilai hak-Nya. Itu tidak lain adalah perlawanan. Karena jika ia menganggap kecil dan sedikit kemaksiatan tersebut, maka perkara kemaksiatan itu kecil baginya dan ringan dalam hatinya. Dan itu adalah jenis perlawanan (Madarij as-Salikin, 1/290)
Saudaraku, betapa banyak perkataan yang kita ucapkan; “Mengolok-olok sesama muslim, mencibirnya, melecehkan kehormatannya atau kata-kata yang tidak benar. Ditambah lagi pandangan yang liar, tidak sempurna dalam mengerjakan kewajiban yang tidak kita pedulikan. Demikianlah sehingga, melahirkan air bah yang dahsyat. Setelah itu kita bertanya, ‘Mengapa hati kita keras ?”
Wallahu A’lam
Sumber :
Sabilu an-Najati Min Syu’mi al-Ma’shiyati, Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy (ei, hal.22-27)
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Youtube HisbahTv,
Follow Instagram Kami Hisbahnet dan alhisbahbogor