Membeberkan Dosa
Soal :
Bila seseorang pernah melakukan suatu dosa dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -telah menutupi aib dosa tersebut, sehingga tidak ada yang tahu selain Dia dan ia telah bertaubat. Lalu apakah boleh baginya untuk menceritakan dosa tersebut kepada orang lain ? Dan sebagai informasi, sebagian orang berkata kepada saya, ‘Atas nama Allah beritahukan kepadaku dosa apa yang pernah engkau perbuat pada awal hidupmu ? Dan apakah benar bahwa orang yang memberitahukan tentang dosanya, maka Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – akan mengampuni dosanya ?
Jawab :
Sebenarnya dalam pertanyaan di atas terkandung tiga pertanyaan :
Pertanyaan pertama ;
Orang yang berbuat dosa, dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – telah menutupi aib dosanya, apakah boleh baginya untuk memberitahukannya kepada orang lain ?
Jawabanya adalah tidak boleh, Orang yang berbuat dosa dan telah bertaubat darinya, tidak boleh memberitahukannya kepada orang lain. Karena ini termasuk perbuatan menyingkap aib yang telah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – tutupi dan ini bertentangan dengan al-‘afiyah ; (yaitu diharapkan baginya ampunan dan keselamatan dari neraka). Sebagaimana yang Rasul –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – sabdakan :
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
“Semua umatku (diharapkan) akan mendapatkan keselamatan (dan ampunan), kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan termasuk bentuk terang-terangan ketika seseorang melakukan sesuatu (dosa) pada malam hari, lalu masuk waktu pagi padahal Allah telah menutupi aib dosanya, namun ia justru mengatakan, ‘Wahai fulan ! Aku telah melakukan (dosa) ini tadi malam’. Sungguh ia telah melalui malamnya dalam keadaan Allah menutupi aibnya, namun ia masuk waktu pagi dengan menyingkap apa yang telah Allah tutupi” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Namun bila dosa tersebut adalah dosa yang ada hukum had dan siksanya, dan ia ingin memberitahukannya kepada pihak waliyul amr (penguasa) agar Allah membersihkan dosa dan siksa tersebut, maka ini tidak apa-apa. Meskipun yang lebih utama baginya adalah ia menutupi hal tersebut karena Allah telah menutupinya.
Adapun kalau dosa tersebut bukan jenis dosa yang punya hukum had, maka tidak boleh bagi seseorang untuk menceritakannya kepada orang-orang.
Pertanyaan Kedua ;
Orang lain yang memintanya untuk menceritakan dosa apa yang telah ia perbuat, dengan mengatakan, ‘Atas nama Allah ! Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang telah engkau perbuat .’
Ini tidak diperbolehkan. Tidak boleh bagi seseorang untuk mengusik seseorang dengan permintaan seperti ini, misalnya dengan mengatakan ucapan seperti di atas. Ini bertentangan dengan keindahan dan keelokan Islam; di mana Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ
“Di antara tanda bagusnya Islam seseorang adalah kala ia meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya” (HR. at-Tirmidzi)
Oleh karena itu, permintaan itu tidak harus dipenuhi, meskipun ia meminta atas nama Allah. Karena disitu akan ada kerusakan dan kerugian yang menimpamu. Juga ada unsur kezhaliman yang ia lakukan terhadapmu, padahal Allah tidak mencintai orang-orang yang zhalim, tidak mencintai kezhaliman.
Pertanyaan Ketiga ;
kalau orang memberitahukan kepada orang lain tentang maksiat yang pernah ia perbuat, niscaya Allah akan mengampuninya pada hari Kiamat.?
Pernyataan ini sama sekali tidak benar. Seperti yang telah kami katakan, tidak boleh bagi seseorang untuk memberitahukan orang lain tentang perbuatan maksiat yang pernah ia kerjakan. Yang Allah ampuni adalah bila seseorang bertaubat dan kembali kepada-Nya dari dosa-dosanya, ia menyesali, serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari. Ditambah lagi bahwa taubat tersebut dilakukan pada waktu di mana taubat bisa diterima. Artinya sebelum seseorang menyaksikan kematiannya, dan sebelum matahari terbit dari arah barat.
(Fatawa Nur ala ad-Darb oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin-رَحِمَهُ اللهُ – 12/643)
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Youtube HisbahTv,
Follow Instagram Kami Hisbahnet dan alhisbahbogor