Tak Sekedar Cantik Wajah
Wanita ingin mengingatkan laki-laki pada sabda sebaik-baik pendidik yang tidak terima bila harta dan kecantikan dijadikan tolak ukur atau penentu dalam menikahi wanita. Beliau-صلى الله عليه وسلم – bersabda,
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Wanita dinikahi lantaran empat hal ; yakni hartanya, garis keturunannya, kecantikannya dan agamanya, maka dapatkanlah wanita yang memiliki agama. Rugi engkau (bila tidak melaksanakan apa yang aku perintahkan) (HR. al-Bukhari)
Tapi ada sebagian orang memahami, bahwa kecantikanlah yang dianjurkan untuk diutamakan. Mereka lalai bahwa Nabi-صلى الله عليه وسلم – hanya bermaksud menyebutkan kreteria-kriteria atau menjelaskan keinginan-keinginan umum kaum lelaki yang mendorong untuk menikahi wanita. Keinginan-keinginan ini ditolak oleh Rasulullah-صلى الله عليه وسلم – bila sebagai tolak ukur dalam menilai baik buruknya wanita. Maka, di akhir hadits, beliau menjelaskan barometer tepat dan akurat dalam memilih istri. Beliau bersabda, …”maka dapatkanlah wanita yang memiliki agama. Rugi engkau (bila tidak melaksanakan apa yang aku perintahkan).”
Mari kita lihat frase bahasa dan susunan balaghah (retoris) barometer ini, serta makna-makna yang tersirat darinya. Kalimat ini diungkapkan dengan kata kerja perintah dengan diawali huruf fa’ (فَاظْفَرْ, maka dapatkanlah), yang menambah kekuatan dorongan dan hasungan melakukan perbuatan ini dan tidak berlamban-lamban.
Di hadis lain, Rasulullah-صلى الله عليه وسلم- bersabda,
لَا تَزَوَّجُوْا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ . فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَن يُرْدِيْهِنَّ . وَلَا تَزَوَّجُوْهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ . فَعَسَى أَمْوَالِهِنَّ أَنْ تَطْغِيْهِنَّ . وَلَكِنْ تَزَوَّجُوْهُنَّ عَلَى الدِّيْنِ . وَلَأَمَةُ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِيْنٍ أَفْضَلُ
Janganlah kalian menikahi para wanita lantaran kecantikan mereka karena boleh jadi kecantikan itu menjerumuskan mereka. Dan jangan menikahi mereka karena harta mereka karena boleh jadi harta itu membuat mereka bertindak melampaui batas. Tapi nikahilah para wanita berdasarkan agamanya. Sungguh budak wanita yang telinganya cacat dan berkulit hitam namun memiliki agama itu lebih baik (HR. Ibnu Majah)
Di dalam hadis lain, Rasulullah-صلى الله عليه وسلم- bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَة
Dunia itu kesenangan (sampai satu waktu tertentu), dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita yang shaleh (HR. Muslim)
Nabi-صلى الله عليه وسلم- memposisikan wanita lebih berharga dari emas dan perak. Wanita lebih utama dibanding tumpukan harta benda, apa pun jenis dan macamnya.
Diriwayatkan dari Tsauban-semoga Allah meridhainya- , ia menuturkan “Ketika turun ayat tentang (ancaman siksaan) menumpuk-numpuk emas dan perak (yang tidak dibayarkan zakatnya), para sahabat bertanya,’Lantas harta apa yang pantas kita miliki ? ‘ Umar berkata, ‘Aku akan beritahukan hal itu pada kalian. Ia pun naik ke atas punggung ontanya, lalu menyusul Nabi-صلى الله عليه وسلم- sedangkan aku mengikuti dari belakangnya. Umar bertanya,’Wahai Rasulullah, harta apa yang pantas kami miliki ?’ Beliau bersabda, ‘Hendaklah engkau memiliki hati yang senantiasa bersyukur, lisan yang terus berdzikir, dan istri mukminah (wanita yang beriman) yang menolongmu dalam urusan akhirat. (Shahih Sunan Ibni Majah)
Namun, banyak orang menunda-nunda dan bermalas-malasan menyambut arahan ini sembari mengemukakan berbagai justifikasi lemah. Alasannya, bahwa kecantikan membuatnya bisa menahan pandangan dari hal-hal yang haram, mempertahankan kesucian dirinya dan menjaga syahwatnya dari tindak penyimpangan.
Wanita mengatakan, bahwa tak ada yang lebih mengerti dan lebih memahami keinginan-keinginan jiwa daripada Rasulullah-صلى الله عليه وسلم -, tidak ada pula yang lebih mengetahui cara-cara menjinakkan syahwat daripada beliau. Andai logika kecantikan semata itu sudah benar, tentu beliau orang pertama yang menerapkannya, mengingatkannya dan menghasungnya. Akan tetapi beliau bersabda,
أَيُّمَا رَجُلٍ رَأَى امْرَأَةً تُعْجِبُهُ فَلْيَقُمْ إِلَى أَهْلِهِ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا
Siapa pun lelaki melihat wanita yang membuatnya mengaguminya, hendaklah ia bangkit mendatangi istrinya. karena istrinya ini memiliki apa yang dimiliki wanita tersebut (HR. Ad-Darimiy)
Wanita berbaik hati memberitahukan pada lelaki akan rahasia kecantikannya. Ia mengatakan, sisi-sisi kecantikan pada diri wanita bukanlah bodi tubuh dan penampilan luar yang menipu. Kecantikan wanita terletak pada sifat wara’nya dan takwanya yang menambah cahaya dan iman dalam hatinya, sehingga mata suami sejuk melihatnya dan merasa senang. Kecantikan seorang wanita terletak pada kehangatan kasih sayangnya dan perasaannya, sehingga perasaan dan cinta suami bergerak ke arahnya.
Kecintaan wanita terletak pada kelembutan karakter dan kehalusan tabiatnya, sehingga dari situ muncullah kepribadian dan kekuatan lelaki. Kecantikan wanita terletak pada pandangannya yang syahdu dan suaranya yang hangat sehingga suami merasakan ketenangan di sisinya. Kecantikan wanita terletak pada senyumnya yang menambah pesona wajahnya dan menjadikan hati suami semakin gembira dan suka cita. Kecantikan seorang wanita terletak pada kemengertiannya. Aku tidak mengatakan terletak pada ilmunya yang diperoleh demi meraih ijazah. Tapi ilmunya yang benar-benar dimengerti dan diambil dari sumber mata air Islam yang jernih.
Kecantikan seorang wanita terletak pada sejauh mana ia memahami tanggung jawabnya yang hakiki terhadap rumah, anak-anak, masyarakat dan umatnya. Kecantikan wanita terletak pada kemampuannya atau bahkan ambisinya untuk terus memberikan pengorbanan yang kontruktif .
Rahasia kecantikan wanita hanya diketahui oleh segelintir orang dari kaum lelaki yang memiliki keimananan yang mendalam, akal yang sadar dan perasaan peka yang mengetahui tempat-tempat kecantikan.
Dengarkan kisah seorang lelaki yang mengerti rahasia kecantikan wanita, setelah sempat terlena sebelumnya. Maka ia menemukan kebahagiaannya dan matanya berbinar bersuka cita. Ia seorang pemuda yang tengah menjalani masa tugas. Ia melangsungkan akad nikah dengan cara mewakilkan. Ia belum pernah melihat pengantin wanitanya kecuali di waktu hendak melangsungkan malam pertama dengannya. Ketika matanya melihat wanita tersebut, ia merasa tidak menyukainya karena kurang cantik. Ia pun membalikkan badan dan tenggelam dalam tidur nyenyak. Ia belum tersadar kecuali saat istri membangunkannya untuk shalat malam dengan suara hangat penuh kasih sayang dan memercikkan air ke wajahnya dengan sangat lembut, seraya berkata, “Aku tidak menikah kecuali supaya aku mengamalkan hadis ini. Yakni sabda Rasulullah-صلى الله عليه وسلم – , “Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun pada waktu malam lalu shalat dan membangunkan istrinya, jika istri enggan bangun, ia memerciki wajahnya dengan air. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun pada waktu malam lalu shalat dan membangunkan suaminya, jika suami enggan bangun, ia memerciki wajahnya dengan air. (HR. Abu Dawud)
Di sini, lelaki itu merasakan ada semacam getaran menjalar ke seluruh tubuhnya dan goncangan yang ia tidak mengetahui hakikatnya menggoncang hatinya, serta pudarlah perasaan-perasaan palsu yang menguasai dirinya sehingga mata hatinya menangkap cahaya kebenaran. Ia angkat pandangannya ke arah istrinya, dan ia melihatnya sebagai wanita yang berbeda. Ia melihatnya dengan tolak ukur kecantikan yang tidak dimengerti selain oleh hati-hati yang benar-benar beriman. Sejak saat itu, ia melihatnya sebagai wanita paling jelita di dunia ini. Inilah laki-laki beriman, yang memahami kecantikan dengan hati dan keimanannya, bukan dengan mata kasar dan hawa nafsunya semata.
Wallahu A’lam
Sumber :
Ya Ma’syarar Rijal Rifqan bin Nisa’, Dr. Najah binti Ahmad Zhihar (ei, hal.36-42)
Amar Abdullah bin Syakir