Inilah bisikan-bisikan berani yang lama dipendam wanita dalam dada, barangkali lelaki mau sadar dengan sendirinya lalu sudi melihat harapan dan penderitaan wanita.
Banyak orang melemparkan tanggung jawab keseimbangan perjalanan bahtera rumah tangga di pundak istri. Semua orang mencelanya bila ia teledor. Semua orang menyalahkannya bila ia lalai. Kaum suami sibuk melontarkan celaan pada wanita.
Sementara wanita yang malang asyik dengan akal dan hatinya, serta berusaha keras memenuhi tuntutan-tuntutan. Ia terengah-engah kelelahan dan dalam kesengsaraan yang berat demi menjaga benteng rumah tangga dari kehancuran.
Apakah laki-laki lupa bahwa Islam telah memuliakan wanita ?
Wanita yang telah diwasiatkan junjungan semua makhluk di khutbah terakhir beliau,
اِسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ عِنْدَكُمْ عَوَانٍ . لَيْسَ تَمْلِكُوْنَ مِنْهُنَّ شَيْئًا غَيْرَ ذَلِكَ . إِلَّا أَنْ يَأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ . فَإِنْ فَعَلْنَ فَاهْجُرُوْهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ . فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا . إِنَّ لَكُمْ مِنْ نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنَسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا . فَأَمَّا حَقُّكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ فَلَا يُوْطِئْنَ فُرُشَكُمْ مَنْ تَكْرَهُوْنَ . وَلَا يَأْذَنَّ فِي بُيُوْتِكُمْ لِمَنْ تَكْرَهُوْنَ . أَلَا وَحَقُّهُنَّ عَلَيْكُمْ أَنْ تُحْسِنُوْا إِلَيْهِنَّ فِي كِسْوَتِهِنَّ وَطَعَامِهِنَّ
“Saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada para wanita, karena sesungguhnya mereka itu bagai tawanan kalian. Kalian tidak memiliki sesuatu pun dari mereka kecuali hal itu, kecuali bila mereka melakukan kekejian yang nyata. Jika mereka melakukannya, maka diamkanlah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti. Lalu jika mereka menaati kalian, janganlah kalian mencari-cari alasan menyakiti mereka. Sesungguhnya kalian memiliki hak yang harus ditunaikan istri-istri kalian, dan istri-istri kalian juga mempunyai hak yang harus kalian jalankan. Adapun hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mempersilahkan orang yang kalian benci menginjakkan kakinya di karpet kalian dan tidak mengizinkan orang yang kalian benci masuk ke rumah kalian. Ketahuilah, sedang hak mereka atas kalian adalah kalian berbuat baik pada mereka dalam hal pakaian dan makanan (Shahih Sunan Ibnu Majah)
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- senantiasa mewasiatkan berbuat baik kepada wanita, beliau bersabda,
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
Dan saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita. Sesungguhnya mereka itu diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian tulang rusuk yang paling bengkok adalah ujung atasnya. Jika engkau meluruskannya (dengan paksa), engkau akan mematahkannya ; namun jika engkau membiarkannya, ia akan terus bengkok. Karenanya saling berwasiatlah untuk berbuat baik kepada kaum wanita. (Shahih al-Bukhari)
Wanita itu wahai laki-laki, menuntutmu melaksanakan wasiat suci ini. Wasiat yang lebih mirip peringatan dan ancaman terhadap laki-laki dari menuruti seruan jahiliyah yang ada kalanya bangkit dalam jiwanya, memancing sifat kelaki-lakiannya, dan memprovokasinya agar menindas wanita.
Wanita itu wahai laki-laki, mengharap engkau mau duduk berbicara dengannya, mendiskusikan dengan objektif problem-problem yang mengancam eksistensi kebersamaan kalian berdua. Dan, sebelum semua ini, wanita mengakui bahwa sebab permasalahan-permasalahannya adalah rasa sayangnya yang selalu mendorong dirinya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan lelaki. Wanita mengakui bahwa kepolosannyalah yang membuatnya berani menghadapi lelaki. Wanita mengakui bahwa ia akan bersenjatakan waktu dan penanya untuk menuntut hak-haknya.
Dan, agar engkau tenang wahai lelaki, wanita itu mengakui bahwa kekuatannya terletak pada kelemahannya. Ketika ia berbisik di telingamu, ia tidak bermaksud membangkang, durhaka dan keluar dari wilayah ketaatan padamu. Bisikan-bisikan ini hanyalah sebagai upaya yang ditempuh wanita untuk menegakkan kehidupan yang tenang dan bahagia di samping laki-laki. Wanita mengakui bahwa ia tidak akan sanggup menahkodai sendiri bahtera rumah tangga. Wanita mengakui bahwa ia tak akan dapat lepas dari bantuan suami.
Wanita mengakui bahwa ia membutuhkan penopang tempatnya bersandar tiap kali rasa lelah menyergapnya. Wanita mengakui bahwa ia membutuhkan tangan panuh kasih sayang yang mau mengusap keringat di dahinya tiap kali kesusahan menghimpitnya. Wanita mengakui semua hak-hak suami yang disyariatkan dalam Islam, dan ia sungguh-sungguh berusaha mewujudkannya. Wanita mengakui semua hal ini dan berharap lelaki juga mau mengakui akan butuhnya dirinya pada sang istri.
Wallah A’lam
Sumber :
Dinukil dari, “Ya Ma’syara ar-Rijal Rifqan bi an-Nis “, Dr. Najah binti Ahmad Zhihar, ei, hal. 27-33. Dengan ringkasan
Amar Abdullah bin Syakir