Aurat Bagi Wanita: Harga Mati Sebuah Harga Diri

Cakupan aurat wanita yang lebih luas dari aurat kaum pria bukan menunjukkan beban yang lebih berat atau kaum wanita, akan tetapi justru menunjukkan bahwa Islam memberikan perlindungan lebih atas kaum wanita, karena sejatinya kaum wanita sangat special dalam pandangan Islam, mereka sangat dihargai, dan mereka merupakan tanggung jawab atas kaum lelaki, sehingga pada dasarnya kaum wanita dinafkahi bukan yang membanting tulang mencari nafkah.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ

Menetaplah di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian ber-tabarruj (berdandan) ala wanita-wanita jahiliyah dahulu. [al-Ahzâb/33:33]

Maka, kewajiban menutup aurat bukanlah suatu yang berat bagi muslimah yang menuruti perintah Ta’ala untuk terus berada di rumah saja jika tidak ada keperluann mendesak di luar rumah, karena hanya sesekali ia perlu memakai pakaian lebar, sedangkan dirumah ia bebas menggunakan apa saja yang ia mau. Berbeda dengan sebagian kaum wanita, mereka merasa berat untuk menutup aurat beralasan sangat menyusahkan ruang gerak mereka saat beraktivitas di luar, padahal justru itu karena mereka yang menyalahi fitrah seorang wanita, yaitu lebih sering di rumah, berbalik dengan fitrah kaum lelaki, yaitu harus berada di luar rumah untuk bekerja.

Mengumbar aurat bukanlah perbuatan yang berangkat dari ruang kosong, namun merupakan perbuatan yang didasari beberapa faktor, seperti merasa tidak berkewajiban dan ingin menarik perhatian dan pandangan lelaki.

Bagi yang merasa bahwa berhijab dan menutup aurat bukan kewajiban atas wanita, simaklah ayat berikut:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Renungkanlah, setiap lembaga memiliki aturan terkait pakaian kepada anggotanya, dan kita dapat mentaatinya hanya karena terikat kerja dengannya, namun kenapa tidak bisa berhijab padahal berhutang nyawa kepada Allah Ta’ala sebagai pencipta dan terikat sebuah syariat yang mana akan menentukan masa depan yang sesungguhnya, yaitu surga atau neraka?

 

Dan yang satu lagi, mengumbar aurat demi menarik pandangan laki-laki, sungguh niat yang sangat mencerminkan ketiadaan perasaan sebagai wanita yang bermartabat dan berharga diri tinggi, karena perilaku tersebut justru menjadikan diri sebagai pemuas mata laki-laki yang bejat.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperingatkan kaum wanita yang seperti ini, beliau bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat, (yang pertama): Kaum yang memiliki cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk memukuli orang-orang. Dan (yang kedua): Para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka menggoda dan jalannya berlenggak-lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Para wanita itu tidak masuk surga, bahkan tidak mencium wanginya surga padahal wanginya bisa tercium dari jarak perjalanan sejauh ini dan itu.” (HR Muslim)

 

Terakhir, ini tentang rasa kehormatan dan rasa malu yang merupakan fitrah seorang wanita, inilah benteng pertahanan seorang wanita. Bilamana ia runtuh, mudahlah selanjutnya seorang wanita untuk terjerumus ke hal-hal yang tidak layak, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perkataan yang diwarisi oleh orang-orang dari perkataan nabi-nabi terdahulu adalah: ‘Jika engkau tidak malu, perbuatlah sesukamu’.” (HR. Bukhari, no. 3483)

Jujurlah kepada diri sendiri, jangan sampai mengorbankan diri dan agama hanya karena mengikuti model terkini.

 

Ustadz : Hadromi Lc

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *