1. Waktu yang berlalu dengan cepat.
Karenanya, pergunakanlah waktu sebaik mungkin, detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam. Dikatakan, “Manfaatkanlah waktu yang berlalu begitu cepat, di mana semua penduduk bumi tidak mampu untuk mengembalikannya lagi.”
2. Kematian yang datang dengan tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Qs. al-Jumu’ah : 8)
3. Perubahan kondisi dari sehat ke sakit, dari kaya ke miskin, dari rasa aman kepada rasa takut, dari waktu senggang ke waktu sibuk, dari masa muda ke masa tua, dan dari hidup kepada kematian !
4. Sebab kamu membutuhkan amal perbuatan yang banyak agar timbangan amalmu bisa berat.
Betapa kita sangat membutuhkan satu kebaikan yang bisa membuat timbangan amal shalih kita menjadi berat.
5. Hendaknya kamu merasa bahwa kamu termasuk orang yang lalai dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah.
Allah berfirman,
أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ
Supaya jangan ada orang yang mengatakan: “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah) (Qs. az-Zumar : 56)
6. Takut kepada Allah Ta’ala
Allah ta’ala berfirman,
وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa’atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. (Qs. al-An’am : 51)
Takut kepada Allah, pada umumnya, merupakan faktor yang sangat signifikan dalam mendorong seseorang untuk melakukan amal shalih.
7. Keinginan untuk mendapatkan ganjaran dan pahala.
Allah berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam Surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal (Qs. al-Ankabut : 58)
8. Kesempatan untuk menjalani hidup dunia hanya datang sekali.
Kesempatan tersebut tidak akan pernah datang kembali untuk memberikan kesempatan kepada kamu untuk melakukan hal-hal yang belum sempat kamu lakukan.
Allah ta’ala berfirman,
أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab ‘Kalau Sekiranya aku dapat kemnbali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik’. (Qs. az-Zumar : 58)
Kesempatan untuk hidup di dunia yang hanya sekali, berlangsung sebentar.
Allah berfirman,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk (Qs. Yunus : 45)
Yakni, ingatlah pada hari ketika Kami mengumpulkan mereka, mereka merasa seakan-akan tidak pernah berdiam di dunia selain sesaat saja pada siang hari. Mereka menganggap bahwa waktu yang begitu panjang mereka lalui di dunia hanya sebentar. Hal itu disebabkan karena mereka menyia-nyiakan usia mereka di dunia, sehingga keberadaannya seperti tidak ada. Atau mereka menyepelekan dunia, karena mereka bingung, atau karena mereka berdiri cukup lama di padang Mahsyar, atau karena mereka menerima siksa yang amat pedih sehingga lupa akan kenikmatan dunia, seolah-olah kenikmatan tersebut tidak pernah ada.
Firman Allah, “(di waktu itu) mereka saling berkenalan” yaitu sebagian mereka berkenalan dengan sebagian yang lain ketika keluar dari kubur, kemudian perkenalan mereka terputus karena di hadapan mereka terdapat hal-hal yang membuat mereka bingung dan tidak mereka pahami. Ada yang mengatakan bahwa perkenalan di antara mereka merupakan perkenalan untuk mencemooh, di mana sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Kamu yang membujukku dan menyesatkanku.” Bukan perkenalan untuk menjalin kasih sayang (Lihat, Fathul Qadiir)
Wallahu A’lam
Sumber :
Kaifa Tahtasibiina al-Ajr Fii Hayaatiki al-Yaumiyyah, Hana’ binti Abdul Aziz Ash-Shanii’, ei,hal. 37-42. Dengan ringkasan
Amar Abdullah bin Syakir