Mengapa Penting Berusaha dengan Sungguh-sungguh untuk Mendapatkan Pahala dari Allah dalam Setiap Perbuatan ?

Pertama, agar kamu bisa mewujudkan tujuan kamu diciptakan. Sebab, diciptakannya kamu ke dunia ini merupakan peristiwa yang luar biasa. Selanjutnya berimplikasi adanya hal-hal yang dibebankan kepadamu dan dalam melakukan beban-beban tersebut kamu harus berusaha dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan pahala dari Allah. Oleh karena itu, sejatinya, cita-cita dan keinginan seorang muslimah dalam kehidupan ini semata-mata untuk mewujudkan tujuan, yang karena tujuan itu ia diciptakan. Tujuan tersebut adalah beribadah kepada Allah-subhanahu wa ta’ala, berhasil mendapat mendapatkan ridha dan nikmat-Nya, serta selamat dari murka dan siksa-Nya. Selain itu, seorang muslimah harus berusaha dengan keras agar dalam setiap melakukan perbuatan, diniatkan semata-mata karena Allah subhanahu wa ta’ala baik perbuatan yang dilakukan itu merupakan perbuatan wajib, sunnah maupun mubah. Atau, bahkan dalam meninggalkan larangan. Dengan niat yang baik, perbuatan mubah bisa berubah menjadi ibadah. Kemudian ia akan mendapatkan pahala kerena meninggalkan larangan Allah. Hal itu dikuatkan oleh beberapa dalil, baik dari al-Qur’an maupun dari hadis.

Wahai saudariku…

Keseriusanmu dalam upaya mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala dalam setiap perbuatan yang kamu lakukan, niscaya membuat kamu senantiasa terhitung beribadah pada setiap saat, tanpa terputus, sehingga dengan demikian kamu benar-benar melaksanakan tujuan kamu diciptakan, yaitu untuk menyembah Allah.

Allah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. adz-Dzariyat : 56)

Kedua, ihtisab, ‘berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh pahala dari Allah sangat penting. Karena dengannya dapat membedakan antara perbuatan yang bersifat ibadah dan perbuatan yang berupa hanya rutinitas semata. Dan lebih dari itu, ihtisab akan membedakan antara rutinitas belaka dan ibadah. Misalnya, mandi itu bisa saja untuk membersihkan badan, bisa juga untuk sekedar mendinginkan badan. Mandi juga bisa untuk menghilangkan hadas besar, bisa memandikan mayat, bisa mandi sunnah karena hari jum’at, dan lain sebagainya. Oleh kerenanya, orang yang hendak mandi harus menetapkan niat dalam hatinya, apakah mandi yang ia lakukan untuk menghilangkan hadas, atau untuk mandi sunnah. Sebab, yang menjadi barometer dalam hal tersebut adalah niat.

Ketiga, kamu juga sangat perlu berusaha untuk menghadirkan niat yang baik, karena setiap amal perbuatan sangat bergantung pada niat. Niatlah yang menentukan sebuah amal perbuatan bisa diterima, ditolak, dibalas dengan pahala, atau dibalas dengan siksa. Hal ini berlandaskan kepada sabda Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِءٍ مَا نَوَى

Hanyasanya amal perbuatan itu tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan yang ia niatkan…”

Sekarang, bukankah kamu sudah memahami bahwa permasalahan ihtisab sangat penting bagi dirimu ? Jika demikian, marilah kita sungguh-sungguh untuk mendapatkan pahala dalam setiap amal perbuatan.

Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita. Amin

Wallahu A’lam

Sumber :

Kaifa Tahtasibiina al-Ajr Fii Hayaatiki al-Yaumiyyah, Hana’ binti Abdul Aziz Ash-Shanii’, ei,hal. 31-33.

Amar Abdullah bin Syakir 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *