Ummu Zufar al-Habasyiyah

Kisah Ummu Zufar al-Habasyiyah yang bertubuh tinggi adalah pelajaran yang agung bagi setiap orang yang sedang sakit dan yang diuji kesabarannya, ketegarannya serta keridhaannya kepada takdir Allah azza wajalla.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Atha’, dia berkata, Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Maukah engkau aku perlihatkan seorang wanita ahli Surga ?” Aku menjawab,”Ya”, selanjutnya dia berkata, “Perempuan hitam ini telah datang kepada Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam-, dia berkata, Sesungguhnya aku selalu kesurupan, dan auratku terbuka. Doakanlah aku (agar Allah menyembuhkanku).’Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, ‘Jika engkau mau bersabdar, engkau mendapatkan Surga. Dan jika engkau mau aku doakan, aku akan mendoakanmu supaya Allah menyembuhkanmu.’ Dia berkata,’Aku akan bersabar tetapi auratku terbuka,. Kemudian Rasulullah mendoakannya (Shahih al-Bukhari, 5/214)

Diriwayatkan dalam Mushannaf Abdurrazzaq bahwa al-Hasan bin Muslim mendengar Thawus berkata, “Ada beberapa orang gila dihadapkan ke Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memukul dada salah seorang dari mereka hingga dia pun sembuh, lalu dihadapkan kepadanya seorang wanita gila, namanya Ummu Zufar. Beliau memukul dadanya, akan tetapi dia tidak sembuh dan setannya tidak keluar juga dari tubuhnya. Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasalam- bersabda,

هُوَ يَعِيْبُهَا فِي الدُّنْيَا وَلَهَا فَي الْآخِرَةِ خَيْرٌ

Setan membuatnya hina di dunia, dan di akhirat dia mendapat yang lebih baik.”

Ibnu Juraij berkata, “Atha memberitahu saya bahwa dia bermimpi melihat Ummu Zufar, perempuan yang hitam dan tinggi itu berada di tangga Ka’bah (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, hal. 178)

Diriwayatkan bahwa wanita ini (lehernya) diikat di dalam masjid, kemudian saudara-saudaranya datang kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- mereka mengadukan hal ini kepada beliau maka beliau bersabda,

إِنْ شِئْتُمْ دَعَوْتُ اللهَ فَبَرَأَتْ , وَإِنْ شِئْتُمْ كَانَتْ هَيَ كَمَا هِيَ وَلَا حِسَابَ عَلَيْهَا فِي الْآخِرَةِ

Jika kalian berkehendak, maka aku akan berdoa untuknya kepada Allah sehingga dia sembuh, atau jika kalian berkehendak, maka dia tetap dalam keadaannya semula dan dia tidak akan dihisab di akhirat.”

Selanjutnya saudara-saudaranya menawarkan pilihan ini kepadanya. Ummu Zufar berkata,” Biarkan aku seperti ini, kemudian mereka meninggalkannya (al-Ishabah, 4/453)

Ibnu Hajar dalam al-Ishabah (4/453) berkata, “Hadis ini diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah (terpercaya) dari ‘Atha’.”

Ibnu Hajr menyebutkan di dalam Fath al-Bari beberapa faidah dari kisah Ummu Zufar ini, dia berkata,

Pertama, di dalam hadits ini ada keutamaan bagi orang yang kesurupan.

Kedua, kesabaran terhadap cobaan di dunia menyebabkan masuk Surga

Ketiga, memilih amalan yang berat lebih utama daripada amalan yang ringan bagi orang yang merasa dirinya mampu dan tidak lemah, jika melaksanakan yang berat.

Keempat, di dalamnya juga terdapat dalil bolehnya tidak berobat, mengobati semua penyakit dengan doa dan kembali kepada Allah lebih bermanfaat daripada mengobati dengan obat-obatan. Pengaruh pengobatan rohani tersebut dan perubahan badan yang ditimbulkannya lebih besar daripada pengaruh obat-obatan yang bersifat materi.

Akan tetapi, pengobatan ini akan bermanfaat jika didukung dari dua sisi. Pertama, dari sisi penderita, dia harus benar-benar memiliki tujuan yang jujur (benar). Sisi kedua, dari orang yang mengobati, hendaknya ia benar-benar mantap dalam tawajuhnya kepada Allah, hatinya benar-benar bertawakkal dan bertakwa (Fath al-Bari, 10/115)

Aku katakan, dalam hadis ini –kisah Ummu Zufar dan kesabarannya- ada dalil yang menunjukkan kesucian dan kehormatan dirinya. Hal ini berdasarkan pada dua perkara ;

Pertama, dia meminta kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- untuk mendoakan dirinya kepada Allah agar auratnya tidak terbuka.

Kedua, dia berlindung kepada Allah, sebagaimana yang telah diriwayatkan al-Bazzar, bahwa Ummu Zufar, berkata, “Aku khawatir jika setan menelanjangiku.” Kemudian Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakannya. Oleh karenanya, jika dia takut setan tersebut akan mendatanginya, dia mendekat ke kain yang menutupi Ka’bah dan dia berpegang dengannya (lihat, Majma’ az-Zawa’id, 2/338)

Dalam kisah ini ada seruan bagi perempuan yang membuka auratnya, dan memperlihatkan keindahan tubuhnya kepada laki-laki, padahal Allah telah menutup dirinya dan memberinya kesehatan serta kekuatan. Yaitu seruan kepada kaum wanita agar segera bertaubat kepada Rabbnya, serta meniti jejak Ummu Zufar dalam menutup dan menjaga diri, serta dalam kemuliaannya.

Wallahu A’lam

Sumber :

Dinukil dari Durus Min Hayat ash-Shahabiyyat”, Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani, ei,hal. 95-97

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *