Terdapat riwayat shahih dari Nabi kita Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam– bahwasanya beliau berkata kepada Ibnu Abbas, semoga Allah meridhainya,
يَا غُلاَمُ إِنِّى أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ
Hai nak, aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat : jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu…(al-hadis)
Hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dia berkata, “Hadis hasan shahih.”
Ibnu Rajab-semoga Allah merahmatinya- berkata, “Sebagian ulama mengatakan ‘setelah menghayati hadis ini aku menjadi gemetar dan hampir kehilangan akal. Sungguh sangat sayang sekali jika tidak mengerti dan tidak faham makna hadis ini’.” (Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, hal. 185)
Kemudian Ibnu Rajab menjelaskan makna hadis ini dengan berkata, “Makna jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu, ialah : jagalah batasan-batasan Allah, hak-hakNya, serta segala perintah dan larangan-Nya. Menjaga perkara-perkara tersebut dengan melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan dan batasan-batasanNya, tidak melampoi apa yang diperintahkanNya dan apa yang diperbolehkan-Nya sehingga terjerumus ke dalam larangan-Nya ….(Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, hal. 185)
Ibnu Rajab juga mengatakan, “Barangsiapa yang menjaga Allah di saat masih kuat dan masih muda, Allah akan menjaganya pada masa tuanya, dan pada saat tenaganya lemah. Allah akan memberikan kepadanya nikmat pendengaran, penglihatan, tenaga yang kuat, dan akal (yang jernih, pent).”
Dahulu di antara ulama ada yang umurnya lebih dari seratus tahun, akan tetapi tenaga dan akalnya masih kuat. Suatu hari dia lari dengan kencang, kemudian ada orang yang menegurnya, dia menjawab, “Anggota tubuh ini di waktu muda, kami jaga dari perbuatan maksiat, maka Allah azza wajalla menjaganya di masa tua untuk kami…”
Kadang Allah azza wajalla menjaga keturunan seseorang sepeninggalnya karena keshalihannya, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah azza wajalla,
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
Sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh (Qs. Al-Kahfi : 82)
Maknanya bahwa mereka berdua dijaga Allah karena keshalihan kedua orangtuanya (Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, hal. 187)
Sifat yang saya sebutkan ini merupakan sifat para shahabiyat , seperti yang telah disebutkan dari Hisyam bin Urwah bin az-Zubair dari bapaknya, bahwa dia berkata, “Umur Asma’ binti Abu Bakar, ibunya Abdullah bin Zubair telah mencapai 100 tahun, akan tetapi satu pun giginya tak ada yang copot, dan akalnya pun masih jernih (al-Ishabah, 4/230, Tahdzib at-Tahdzib, 12/426 dan Tahdzib al-Kamal, 35/124)
Dalam sebagian riwayat disebutkan,
لَمْ يَسْقُطْ لَهَا سِنٌّ وَ لَمْ يَفْسُدْ لَهَا بَصَرٌ وَ لَا سَمْعٌ
Satu pun giginya tidak ada yang tanggal, mata dan pendengarannya belum rusak (al-Mustadrak, al-Hakim, 3/635; Majma’ az-Zawaid, 7/654; dan Hilyah al-Auliya’, 1/132)
Demikianlah yang terjadi pada Asma’ –semoga Allah meridhainya, tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan bentuk penjagaan Allah terhadap dirinya, karena dia telah menjaga Allah azza wajalla dengan selalu berbuat ketaatan dan membela agama-Nya, sebagaimana nanti insya Allah akan kami sebutkan contoh-contoh yang menunjukkan keshalihannya itu.
Wallahu A’lam
Sumber :
Dinukil dari “ Durus Min Hayat ash-Shahabiyyat”, Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani, ei,hal. 5-7
Amar Abdullah bin Syakir