Saling menuruti, sikap yang lembut, tidak egois termasuk perkara sangat prinsip dalam hidup berumah tangga, terutama saat terjadi berbeda pendapat. Dengan itu semua rumah tangga akan tetap eksis dan masing-masing anggota keluarga merasakan bahagia. Suami hendaknya menuruti istrinya pada hal-hal yang tidak membuat Allah murka, meskipun mungkin ia tidak suka dan sesuai kepribadiannya. Begitu pula dengan istri, hendaknya ia menuruti suaminya di selain kemaksiatan kepada Allah meskipun ia belum terbiasa atau tidak sesuai perasaannya.
Di saat yang sama, harus hati-hati dari bertikai dan ngotot dengan pendapat sendiri. Jika ia memandang pendapatnya benar, belum tentu yang lain menganggapnya benar, dan seterusnya. Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- berpesan kepada Muadz dan Abu Musa –semoga Allah meridhai keduanya- tatkala mengutus keduanya untuk berdakwah ke Yaman :
يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا وَلَا تَخْتَلِفَا
Hendaklah kalian berdua mempermudah dan tidak mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat lari, kalian saling menuruti dan tidak berselisih.” (Shahih al-Bukhari)
Hadis ini membangun pondasi penting tata cara bergaul dengan orang lain, terlebih jika tergabung dalam pekerjaan yang sama. Adapun suami istri paling wajib untuk mempraktekkannya.
Hadis tersebut dengan jelas menghimbau supaya memudahkan orang lain, memberi kabar gembira, yang di sisi lain juga memperintahkan supaya saling menuruti dan tidak berselisih, yang semua itu akan menghancurkan apa saja yang telah terbangun. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ، عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ هَيِّنٍ سَهْلٍ
Maukah aku beritahukan kepada kalian siapa yang diharamkan masuk Neraka ? yaitu yang tenang, lembut, dekat dan mudah.” (Shahih al-Jami’)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
الْمُؤْمِنُونَ هَيِّنُونَ لَيِّنُونَ مِثْلُ الْجَمَلِ الْأَنِفِ، إِنْ قِيدَ انْقَادَ، وَإِنْ سِيْقَ اِنْسَاقَ وَإِنْ أَنَخْتَهُ عَلَى صَخْرَةٍ اسْتَنَاخَ
Orang-orang yang beriman itu tenang dan lembut bagaikan unta yang jinak, jika ditambatkan ia nurut, jika diajak jalan ia nurut, dan jika engkau tinggal di padang pasir ia mau menderum.” (Hadist hasan, as-Silsilah Ash-Shahihah)
Unta yang jinak adalah yang patuh kepada tuannya, demikian pula kita seharusnya.
Aisyah –semoga Allah meridhainya- berkata, “Tidaklah Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam diberi dua pilihan melainkan beliau pasti mengambil yang paling mudah selama itu bukan dosa. Adapun jika dosa, maka beliau orang yang paling jauh darinya(Shahih al-Bukhari)
Wallahu A’lam
Sumber :
Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 84)
Amar Abdullah bin Syakir