Pada saat itu datanglah seorang baby sitter menggendong anaknya dan diletakkannya di samping tempat tidur bapaknya. Kemudian baby sitter itu keluar dari rumah, dan bayi tersebut mencoba merangkak ke arah bapaknya hingga berada di atas dada bapaknya. Sang bapak pun merasakan kehadiran anaknya kemudian ia membuka kedua matanya.
Maka sang bapak tampak tersenyum setelah melihat anaknya kemudian didekap di dadanya dengan penuh kasih sayang dan kemesraan. Maka ia mencoba mendekatkan wajah anak tersebut ke arah mulutnya untuk menciumnya tetapi tiba-tiba sang ayah berontak hingga kulitnya kelihatan pucat dan dihempaskannya anak tersebut lalu ia berteriak keras: Jauhkan anak ini dariku saya tidak kenal dengan anak ini, saya tidak punya anak, saya tidak punya isteri. Tanyakan kepada ibunya siapa ayah anak ini! Dia telah menyarungkan pakaian kehinaan dalam hidupku dan aku telah membuat goresan luka harga diri setelah kematianku untuk selama-lamanya.”
Setelah mendengar jeritan tangis anak tersebut maka sang baby sitter kembali melongok ke dalam rumah kemudian digendongnya anak tersebut dan dibawanya pergi. Dia mendengar suara tangisan bayi itu yang menjauh sedikit demi sedikit maka dia menangis saat mendengar tangisan bayi tersebut kemudian berteriak, “Kembalikan anak itu kepadaku!” Maka sang baby sitter membawa kembali anak itu dan diambilnya dari tangan baby sitter. Maka dia membolak-balikkan pandangan matanya ke arah anak tersebut dan berkata, Wahai anakku, aku tinggalkan kamu di jalan Allah dan apa yang diperbuat oleh ibumu semoga kamu bisa memohonkan ampunan kepada Allah.
Wahai anakku, ibumu adalah seorang wanita yang lemah yang tidak mampu menahan benturan hingga terjatuh dan bapakmu berusaha untuk berbuat baik lewat jalan kesesatannya sehingga keinginan yang baik ini berujung pada keburukan. Aku tidak peduli kamu anakku atau bukan, sesungguhnya aku pernah merasakan kebahagiaan sesaat denganmu dan aku tidak akan melupakan sentuhan tanganmu di sisiku baik pada saat hidupku atau sesudah matiku.”
Kemudian anak itu dipeluknya dan diciuminya, saya tidak tahu apakah pelukan ini adalah dari seorang bapak yang penuh kasih sayang atau pelukan seorang yang bermurah hati dan mulia.
Dia sudah sangat kelelahan dan tiba-tiba dia merasakan panas di kepalanya, sehingga secara perlahan-lahan nafasnya mulai terasa berat maka dokter langsung dipanggil, Setelah bertemu dengan dokter dia memandang ke arah dokter dengan pandangan yang menerawang penuh dengan keputus-asaan dan kesedihan. Kemudian nafasnya berangsur-angsur mulai lenyap dan dia merintih kesakitan. Setiap mata yang menyaksikan sakaratul maut itu tidak mampu menahan tetesan air mata.
Kami duduk di sekitarnya sementara kematian mulai menampakkan tabir hitam di atas pembaringannya. Tiba-tiba datanglah seorang wanita berpakaian hitam memasuki kamar lalu melangkahkan kakinya pelan-pelan menuju ke arah laki-laki yang sedang berbaring di atas pembaringan, dan bersimpuh di sisinya kemudian menggenggam tangannya yang terletak di atas dadanya lalu menciumnya.
Kemudian wanita itu berkata, “Janganlah kamu keluar dari dunia ini dalam keadaan ragu terhadap anakmu, sesungguhnya ibunya mengakui dosa-dosanya di depanmu pada saat engkau pergi menghadap Rabbmu, meskipun dia sudah dekat dengan perbuatan terkutuk tapi belum merasakan kelezatan buah terkutuk itu. Maafkan aku wahai bapaknya anakku dan mintalah kepada Allah tatkala engkau menghadap kepada Rabbmu agar aku bisa dipertemukan denganmu, tidak ada kebaikan bagiku setelah kematianmu.”
Kemudian suasana hening pecah dengan tangisan wanita tersebut maka sang suami membuka kedua matanya dan melempar pandangan ke arah wajah isterinya sambil tersenyum. Demikianlah akhir kehidupannya.
Sekarang aku pulang dari kuburan setelah menghantarkan jenazah temanku dan aku tinggalkan kuburan pemuda yang penuh dengan cahaya serta taman indah yang penuh dengan bau wangi semerbak bunga. Aku duduk menulis goretan kisah ini yang membuat aku tidak mampu menahan derasnya linangan air mataku sehingga nafasku tersengal-sengal.
Hanya saja umat ini telah berada di ambang bahaya yang sangat besar. Pemuda itu maju sendirian menghadapi bahaya hingga petakapun menimpanya, sementara umat ini –semoga saja- bisa selamat dari bahaya tersebut dengan kematiannya.
Sumber :
Dinukil dari buku berjudul “ Kisah Nyata Tentang Hijab “, karya : Musthafa Luthfi al-Manfaluthi Amar Abdullah bin Syakir