Akhlak mulia adalah perkara agung yang dicintai dan diperintahkan Allah ta’ala. Bahkan, Allah menjadikannya sebagai faktor kebahagiaan dunia dan akhirat.
Keluarga yang dibina dengan interaksi yang baik dalam niat, ucapan dan perbuatan, dinilai sebagai keluarga sukses dan produktif. Masing-masing anggota keluarga akan hidup bahagia di dalam maupun di luar rumah.
seharusnya pasangan suami istri memahami nilai akhlak, melazimi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan berdua. Kemudian, melatih diri dan anak-anak dengan akhlak yang baik sejak dini. Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارِكُمْ لِنِسَائِهِمْ
Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (Shahih Ibni Hibban)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi waslalam- juga bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُوْضَعُ فِي الْمِيْزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ
Tiada sesuatu diletakkan di mizan(timbangan amal) yang lebih berat daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya penyandang akhlak yang baik dapat mencapai derajat ahli puasa dan shalat (Shahih al-Jami’)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda,
أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيكَ فَلَا عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: صِدْقُ الحَدِيْثِ، وَحِفْظُ الأَمَانَةِ وَحُسْنُ الخُلُقِ، وَعِفَّةُ مَطْعَمٍ
Ada empat hal jika terdapat pada dirimu, tidak masalah bagimu kehilangan sesuatu dari dunia ; jujur berbicara, menjaga amanah, akhlak baik, dan menjaga makanan (dari yang haram) (Shahih al-Jami’)
Telah dimaklumi bersama bahwa manusia memiliki sisi lahir dan batin, sedangkan akhlak akan memberikan gambaran batin seseorang. Orang-orang disekitarnya tidak peduli dengan batinnya, karena interaksi mereka terkait dengan perbuatan lahirnya. Karena itulah, Islam mendidik pemeluknya mulai dari batin, dan memerintahkan berakhlak mulia. Islam menilai terhadap akhlak, bukan terhadap model atau warna kulit , kaya atau miskinnya mereka. Yang demikian itu supaya aspek lahiriyah mereka menjadi baik, dan mempergauli orang sekitarnya dengan interaksi yang baik pula. Dengan itulah, dapat saling memahami dan bersatu dalam seluruh aspek kehidupan mereka, seolah mereka satu jasad.
Wallahu a’lam
Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, 37-38)
Amar Abdullah bin Syakir