Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Walillahil Hamd…
Gema takbir kan beberapa hari lagi kan segera dipekikkan pada setiap penjuru bumi, pertanda datangnya hari raya Umat Islam, Iedul Fitri, dan gegap gempita kegembiraannya terpancar dari tiap wajah hamba-hamba Allah.
Setelah menjalani puasa ramadhan sebulan penuh, menahan haus dan lapar, bahkan juga hawa nafsu, dengan melawan dan menjinakkannya.
Namun dengan datangnya hari berbuka, bukan berarti belenggu penahan kemaksiatan itu juga dilepaskan, hingga hawa nafsu dilepas seperti macan lapar setelah sebulan dikerangkeng.
Oleh karenanya, menjaga diri dimalam takbiran sebagai pintu pertama yang terbuka menyongsong tahun depan hingga ramadhan berikutnya adalah pekerjaan pertama, dengan menerapkan pelajaran yang didapatkan selama ramadhan.
Untuk menyongsong hari itu, berikut beberapa pekerjaan sia-sia bahkan bernilai dosa yang hendaknya kita jauhi saat malam takbiran, terkhusus bagi kawula muda.
1. Main Petasan
Tak diragukan lagi kegiatan satu ini paling banyak menyita perhatian, memang nampaknya begitu indah, langit gelap terhias dengan bunga-bunga api, disambut rentetan suaranya yang khas, namun ketahuilah, sejatinya ia merupakan pekerjaan sia-sia penghamburan uang dan mengganggu kenyamanan publik, karena disana banyak orang-orang yang sedang di kasur pesakitan membutuhkan ketenangan tanpa kebisingan.
Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda:
المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )
Dan untuk pembakaran uang lewat petasan, tentu semua kita menyadari bahwa tindakan itu sangat tercela, Allah Ta’ala berfirman:
يقول تعالى: {إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ} (27) سورة الإسراء
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya“. (QS Al Isra’: 27)
Bayangkan jika petasan-petasan yang dibakar dimalam itu diuangkan kemudian dikumpulkan dan didonasikan untuk kaum tidak mampu, berapa banyak saudara-saudara kita yang akan lebih bahagia di hari rayanya?
Maka berpikirlah wahai hamba yang disempurnakan oleh Allah dengan akal jernih.
2. Konvoi Tanpa Aturan
Kemudian yang kedua dari bentuk gegap gempitanya malam takbiran adalah konvoi berkeliling kota memekikkan takbir dari atas kendaraan.
Menggemakan takbir jelas baik dan dianjurkan untuk menggemakannya ke setiap penjuru bumi di kala itu, baik itu di mesjid maupun di rumah, di pasar ataupun di jalan sekalipun, baik secara sendiri-sendiri atau beramai-ramai. Namun tentu dalam prakteknya tetap harus memperhatikan rambu-rambu keselamatan dan keamanan, seperti konvoi di mobil bak terbuka yang diisi dengan anak-anak usia tanggung yang jumlahnya melebihi kapasitas truk/mobil pengangkutnya, atau dengan kendaraan roda dua namun tidak menggunakan helm, yang demikian jelas sangat berbahaya, karena kita semua mengetahui bagaimana keadaan jalanan disaat malam takbiran, maka jelas suatu hal yang sangat mengkhawatirkan dan menyedihkan jika harus melewati hari raya dengan dirawat di rumah sakit akibat kelalaian berkendara di malam takbiran.
Untuk menghindari hal-hal semacam itu, Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda memberikan rambu-rambu dalam segala hal, yaitu sabda beliau:
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سعْدُ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain“.
(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni)
Jadi, lebih baik di rumah menyiapkan persiapan hari raya atau takbiran di masjid saja daripada harus mempertaruhkan keselamatan dengan konvoi yang tak memenuhi standar keamanan ya.
3. Pacaran
Terakhir, satu bentuk penistaan terhadap sucinya ramadhan dan hari raya adalah bermaksiat pada waktu yang harusnya diisi dengan ketaatan.
Pacaran memang adalah penjerumus utama anak-anak muda ke kubangan kemaksiatan; sebab usia yang memang labil dan belum memahami tujuan kehidupan dan targetnya, apalagi untuk mengakui bahwa perbuatan itu bernilai maksiat. Padahal betapa banyak kasus yang menunjukkan betapa pacaran itu sangat merugikan, menodai dan mencelakakan. Karena itu, berdua-duaan dengan lawan jenis non mahram itu dilarang, Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
Dan kita semua mengetahui, apa akibatnya yang akan terjadi jika syaithan telah menguasai hati kedua insan itu, Na’udzubillah Minasy Syaithanir Rajim.
Terakhir, mari semarakkan malam takbiran dengan takbir dan zikir, ketaatan dan persiapan berlebaran, bukan malah mengisinya dengan kegiatan sia-sia dan mencelakakan.