Seorang muslim selayaknya untuk menjadi sosok teladan ditengah lingkungannya, dan bukan hanya sampai disitu, karena menjadi sosok yang diteladani berarti memberikan contoh yang baik dengan melakukannya sebelum menyeru orang lain kepadanya, namun juga seorang muslim juga hendaklah peka dengan keadaan sekitar, dengan artian tidak hanya beribadah untuk diri sendiri, namun juga bersosial, karena dalam bersosialisasi terdapat nilai-nilai ibadah yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan antar sesama dengan aman dan damai, maka seorang muslim hendaklah selain memerintahkan orang-orang sekitarnya untuk berbuat amalan soleh, namun juga memperingatkan mereka untuk tidak berbuat kemungkaran dan kerusakan, dan sisi inilah yang lebih berat dari sebelumnya, karena hanya dengannya lah keselamatan itu tercapai, yaitu dengan menyempurnakan antara amar makruf dan nahi mungkar.
Perhatikan surat dibawah ini:
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al ‘Ashr 1-3)
Lihatlah, Allah Ta’ala menyebutkan bahwasanya untuk tidak termasuk kedalam golongan orang yang merugi adalah dengan menyempurnakan antara keimanan, kesalehan dan nasehat menasehati alias amar makruf nahi munkar. maka tidak cukup hanya dengan menjadi pribadi soleh saja, yang demikian juga masih termasuk merugi, karena kesolehan hanya untuk diri sendiri manfaatnya, sedangkan seorang muslim harus menjadi pelopor kebaikan dan agen perbaikan bagi lingkungannya.
Dan terakhir, terdapat satu hadits yang menegaskan makna diatas kembali:
(( يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ ؟ قَالَ: نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ ))
[ متفق عليه ]
“Wahai Rasulullah, bagaimana kami bisa celaka sedangkan diantara kami masih ada orang-orang soleh? Beliau menjawab: Bisa, jika kekejian telah merajalela“‘. (Muttafaq’Alaihi)
Lihat, azab turun bukan karena dunia kekosongan orang-orang saleh, namun karena mereka acuh tak acuh sehingga memberikan ruang bagi kemungkaran dan kekejian untuk leluasa menyebar dan merusak kaum muslimin.
Maka dari Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Sallam memberikan titahnya untuk kita semua agar senantiasa berpegang dengannya setiap saat, yaitu sabda beliau:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangan/kekuasaannya. Jika tidak mampu, hendaklah mengubah dengan lisannya. Jika tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya (mengingkarinya). Namun itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)
Maka mulailah dari sekarang untuk memahami posisi masing-masing dan menegakkan kalimat Allah padanya; seorang bapak dan suami hendaknya memperhatikan hijab dan pergaulan istri dan anak-anaknya perempuannya, seorang guru untuk memperhatikan akhlak anak didiknya, seorang pemimpin untuk menegakkan amar makruf nahi munkar didaerah kekuasaannya, dan seterusnya.