Allah azza wajalla berfirman,
وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
sesungguhnya mereka sudah tahu barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapatkan keuntungan di akhirat, dan sungguh sangatlah buruk perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu (Qs.al-Baqarah :102)
Saudaraku…
Sihir merupakan salah satu macam syirik akbar kepada Allah azza wajalla, dan sihir bertentangan dengan dasar-dasar tauhid.
Dan hakikat sihir adalah meminta bantuan setan dalam membuat pengaruh tertentu, dan tidak mungkin seorang tukang sihir bisa menjalankan sihirnya, sehingga ia bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada setan, dan bila ia telah berqurban untuk setan, maka setan akan membantunya dalam membuat pengaruh pada badan orang yang ia sihir. Sehingga tidaklah mungkin seseorang bisa menjadi tukang sihir sebenarnya, kecuali setelah ia berqorban untuk setan. Oleh karena itu, kita katakan, sesungguhnya sihir merupakan kesyirikan kepada Allah azza wajalla, padahal Allah azza wajalla telah berfirman,
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
Dan (aku berlindung) dari kejahatan wanita yang banyak meniup pada buhul-buhul (yakni, wanita tukang sihir).
Kata النَّفَّاثَاتِ jamak dari kata النَّفَّاثَة/”wanita peniup”, kata hiperbola dari kata النَّفْثُ/meniup, yang dimaksud adalah wanita penyihir. Ia dikatakan demikian karena ia sering meniup pada buhulan, ia meniup dengan membaca jampi-jampi dan mantra-mantra guna meminta bantuan jin, sehingga tukang sihir tersebut bisa menggunakann buhul tersebut yang berisikan sebagian dari badan orang yang disihir, atau sesuatu yang ada hubungannya dengan orang tersebut, sehingga sihirnya akan memiliki pengaruh pada orang tersebut.
Firman Allah ta’ala,
وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ
Sesungguhnya mereka sudah tahu barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu. Maksudnya, tukang sihir telah membeli sihir, dengan membayarkan-sebagai harganya-tauhidnya, sehingga harganya berupa tauhid dan yang ia beli adalah sihir.
Firman-Nya,
مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
niscaya ia tidak akan mendapatkan keuntungan di akhirat.
Maksudnya : ia tidak memilki bagian dari kebaikan, dan demikianlah kelak pada hari Kiamat, setiap orang musyrik tidak akan memiliki bagian dari kebaikan. (Mukhtashar Syarh Kitab at-Tauhid, 1/113)
Firman-Nya,
وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
dan sungguh sangatlah buruk perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu. Yakni, sungguh buruk sekali tindakan mereka menjual dirinya dengan sihir dan kekufuran sebagai ganti dari iman dan mengikuti (petunjuk) utusan Allah. Hal itu tentunya diketahui oleh mareka kalaulah saja mereka memiliki ilmu yang membuahkan amal karena nasehat-nasehat yang telah disampaikan kepada mereka. (at-Tafsir al-Muyassar, 1/116) .
Tidak diragukan buruknya tindakan mereka para tukang sihir itu. Karena tindakan tersebut merupakan kekufuran dan kesyirikan sementara kesyirikan merupakan dosa yang tidak terampunkan bila mana pelakunya belum bertaubat atas dosanya tersebut semasa hidupnya. Sebagaimana firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا [النساء]
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (Qs. An-Nisa:48)
Bagaimana tidak buruk apa yang mereka perbuat tersebut, sementara hal tersebut merupakan perkara yang akan membinasakan yang diperintahkan oleh Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam untuk dijauhi. Maka, hakekatnya mereka para tukang sihir membeli sihir adalah menentang Allah dan RasulNya. Cukuplah ini sebagai bukti buruknya tindakan mereka tersebut. Allah perintahkan kepada seluruh manusia termasuk mereka agar mengesakanNya, tidak menyekutukanNya, sebagaimana firmanNya,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun (Qs. An-Nisa : 36)
Namun, mereka malah menyekutukan-Nya dengan tindakan nyata mereka melakukan sihir, mereka menyembah setan, mereka bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada setan, berqurban untuk setan dan amal kesyirikan lainnya. Maka, ini jelas penentangan yang nyata.
Rasul-Nya memerintahkan agar mereka menjauhkan diri dari sihir, sebagaimana sabdanya,
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ … الحديث
“Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para Sahabat) bertanya : “Wahai, Rasulullah, apakah itu? beliau menjawab : “Syirik kepada Allah, sihir, …alhadis (HR. Al-Bukhari, no. 3456 dan Muslim, no. 2669)
Namun, mereka malah mendekatinya dan melakukan praktek sihir senyatanya. Ini jelas penentangan kepada Allah dan Rasul-Nya, maka layak jika mereka tidak mendapatkan bagian dari kebaikan sedikitpun di akhirat kelak sebagai balasan atas perbuatan mereka tersebut.
مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
niscaya ia tidak akan mendapatkan keuntungan di akhirat.
Wallahu a’lam
Referensi :
-
- Mukhtashar Syarh Kitab at-Tauhid, Muhammad bin Husain al-Qahthoni, (pensyarah : Syaikh Sholeh bin Abdul Aziz Alu Syaikh)
- at-Tafsir al-Muyassar, Sekumpulan Ulama Pakar Tafsir
Penulis : Amar Abdullah bin Syakir