Riya adalah melakukan suatu perkara karena ingin dilihat oleh orang lain, seperti memperbanyak shalat dengan keinginan agar dipandang sebagai ahli ibadah, atau banyak bersedekah agar menjadi buah bibir masyarakat sebagai dermawan, atau haji dan umrah agar dipanggil ini dan itu. Begitu juga jika beribadah ingin didengar, dinamakan Sum’ah, seperti orang yang membaca Al Qur’an agar didengar suara bagusnya dan dipanggil Qaari’, atau bahkan menegakkan amar makruf nahi munkar sekalipun dikatakan riya dan sum’ah jika niatnya tidak ikhlas Lillahi Ta’ala.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
(من رآى رآى الله به ومن سمَّع سمَّع الله به)
“Barangsiapa yang beramal ingin dilihat maka Allah akan tampakkan amalan riya itu, dan barangsiapa yang beramal dengan sum’ah, maka Allah akan bongkar pula amalan sum’ah tersebut”. (HR Bukhari dan Muslim)
Dan beliau juga bersabda:
(أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر ، فسئل عنه فقال: الرياء. يقول الله يوم القيامة للمرائين اذهبوا إلى من كنتم ترآؤون في الدنيا فانظروا هل تجدون عندهم من جزاءً)
“Hal yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik ashgar, maka beliau ditanya apakah hal itu, dan beliau menjawab: Riya. Maka kelak dihari kiamat , Allah akan berkata kepada orang-orang yang berbuat riya itu: Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian perlihatkan amalan kalian kepada mereka! Apakah kalian akan mendapatkan ganjaran dari mereka?!”. (HR Ahmad)
Dan sabda beliau pula dalam hadits qudsi:
( يقول الله – عز وجل -: أنا أغنى الشركاء عن الشرك ، من عمل عملاً أشرك معي غيره تركته وشركه)
“Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: Aku Mahakaya akan dari membutuhkan serikat, maka barangsiapa yang melakukan suatu amalan dengan menyertakan didalamnya selain daripada-Ku, maka akan aku tinggalkan ia dan serikatnya tersebut”. (HR Muslim)
Maka kewajiban seorang muslim adalah menghindari perkara diatas, dan hendaklah amalannya ikhlas Lillah Ta’ala semata, dari shalatnya, puasanya, dan sedekahnya hanya untuk-Nya, dan dengan berharap pahala dan ampunan-Nya. Begitu pula dengan amar makruf nahi mungkar, haji, umrah, dsbg hanya demi mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala, bukan untuk dilihat manusia, dipuji dan dielu-elukan mereka.
Jadi, inilah kewajiban seorang mukmin, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا [(110) سورة الكهف]
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabbnya“. (QS Al Kahf: 110)
Semoga kita dan seluruh kaum muslimin dibawah naungan taufik dan hidayah-Nya.
diketik ulang dari Fatwa Syaikh Bin Baz Rahimahullah tentang Riya dan Sum’ah, link: https://www.binbaz.org.sa/noor/1012
Penulis Muhammad Hadrami
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Instagram @hisbahnet,
Chanel Youtube Hisbah Tv