Peringatan dari Bahaya Maksiat.

Maksiat adalah Racun, penawarnya adalah Taubat.

Ibnul Qayyim rahimahullaah berkata:

الذنب بمنزلة شرب السم، والتوبة ترياقه ودواؤه، والطاعة هي الصحة والعافية.

Berbuat dosa bagaikan meminum racun, taubat adalah penawarnya dan obatnya, sedangkan ketaatan adalah kesehatan dan keselamatan. (Madaarijus Saalikin, 1/222)

Maksiat menghalangi Cahaya Ilmu.

Allah Ta’ala berfirman:

واتقوا الله ويعلمكم الله.

Dan bertakwalah kepada Allah, dan Allah akan mengajarimu. (QS. Al-Baqarah: 282)

Ketika imam Malik rahimahullaah melihat kecerdasan muridnya; Asy-Syafi’i muda yang luar biasa, maka imam Malik rahimahullaah berkata kepada imam Asy-Syafi’i rahimahullaah:

إني أرى الله قد ألقى على قلبك نورا، فلا تطفئه بظلمة المعصية.

Sesungguhnya aku melihat (tanda) Allah Ta’ala telah menganugerahkan cahaya ilmu di hatimu, maka janganlah engkau padamkan cahaya tersebut dengan kegelapan maksiat. (Al-Jawaabul Kaafi, hal. 52)

Maksiat menghalangi Rezeki.

Allah Ta’ala berfirman:

ومن يتق الله يجعل له مخرجا. ويرزقه من حيث لا يحتسب.

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda:

وإن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه.

Dan sungguh seseorang benar-benar dihalangi untuk mendapat rezeki karena dosa yang ia kerjakan. (HR. Ibnu Majah dari Tsauban, lihat Ash-Shahiihah: 154)

Maksiat merusak Hubungan dengan Makhluk.

Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda:

والذي نفس محمد بيده ما تواد اثنان ففرق بينهما إلا بذنب يحدثه أحدهما.

Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah dua orang saling mencintai lalu dipisahkan antara keduanya, kecuali karena dosa yang dilakukan salah satunya. (HR. Ahmad dari Ibnu Umar, Shahiihut Targhiib: 2219)

Maksiat Menyulitkan Urusan-urusan.

Allah Ta’ala berfirman:

ومن يتق الله يجعل له من أمره يسرا.

Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath-Thalaq: 4)

Asy-Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahumallaah berkata:

فالخير والراحة والسعادة والطمأنينة في الطاعة، والشر والشقاوة والتعسير في المعصية.

Maka kebaikan, kenyamanan, kebahagiaan, dan ketenangan terdapat dalam ketaatan. Adapun kejelekan, kecelakaan dan kesulitan terdapat dalam kemaksiatan. (Fiqhul Ad’iyyati wal Adzkaar, 2/262)

Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.

Penulis  Siroj Hardian

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *