Qurban, bukan hanya sekedar sebuah perintah syari’at, namun disebaliknya ada kisah mengharukan; qurban tentang kepatuhan Ibrahim akan perintah Rabbnya, qurban tentang keikhlasan Ibrahim untuk mengorbankan anak lelaki satu-satunya yang ia tunggu kedatangannya selama puluhan tahun, qurban tentang bakti seorang ismail kepada orangtuanya. Hingga kemudian dengan hikmah-Nya Allah Ta’ala datangkan sebagai gantinya seekor kambing yang besar.
Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam datang membawa Islam sebagai agama penyempurna, yang tetap melanjutkan beberapa syariat nabi-nabi terdahulu, salah satunya adalah Syariat Qurban di Musim Haji, yang kemudian hari pemotongannya dirayakan menjadi Hari Raya Iedul Adha. Maka jadilah Iedul Adha, sebagai hari memperingati kisah pengorbanan Ibrahim dan sebagai hari berbagi kebahagiaan antar sesama kaum muslimin, pada hari-hari itu tidak ada lagi kaum fakir yang dapurnya tidak mengepul, pada hari-hari itu anak-anak mereka dapat tertidur pulas karena kenyang.
Maka dapat kita saksikan disini bahwa islam bukan hanya agama yang memerintahkan sebuah peribadatan antara hamba dengan Rabbnya, akan tetapi beberapa ibadah juga bernilai sosial.
Namun sebuah fenomena yang disayangkan, mewabahnya sifat kikir diantara kaum muslimin, sebuah sifat jelek yang bukan disebabkan oleh rendahnya taraf ekonomi, namun sebuah sifat diri yang kufur akan nikmat yang telah diberikan oleh Rabbnya.
Kita dapati sebagian dari kaum muslimin yang diberikan kelapangan rezeki, namun enggan menyisihkan sebahagian kecil dari pembendaharaannya untuk membeli hewan qurban, dengan dalih masih banyak kebutuhan. Padahal jika itu masalah keduniaan maka ia tidak berpikir panjang lagi; dalam hitungan bulan ganti gadget model terbaru, setiap tahun ganti kendaraan yang lebih mewah. Dan yang anehnya lagi dari sifat kikir ini, menjadikan orangnya merasa dirinya lah yang harus menerima bukan memberi, dalam hal keduniaan ia tampakkan bahwa ia adalah orang kaya, padahal semuanya dari kredit. Namun jika diseru untuk bersedakah, serta merta ia mengaku miskin, untuk ditabung pun tidak ada lagi.
Kita katakan, justru dengan menyalurkan harta di jalan-Nya, salah satunya adalah berqurban, maka rezeki akan terjaga, akan menjadi saldo pahala di akhirat, dan insyaallah akan bertambah wujudnya di dunia pula.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” (QS Ibrahim: 7)
Dan cara mensyukuri sebuah nikmat adalah dengan menggunakannya dengan tepat, untuk ketaatan bukan maksiat, Allah Ta’ala’ berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS Ad Dhuha:11)
Dan menyembelih qurban adalah salah satu menyiarkan nikmat rezeki kekayaan yang engkau dapat, Allah Ta’ala memerintahkan:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah.” (QS Al Kautsar:2)
Dan keutamaan yang akan engkau dapat darinya adalah apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ إرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظفارهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا »
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah selain mengalirkan darah dari hewan qurban. dan Ia (amalan tsb) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. Ibnu Majah no. 3126 dan Tirmidiz no. 1493.).
Mari tukarkan nilai nominal harta anda dengan ganjaran pahala yang tak terhingga.
Mari ikut turun bersama melukis senyum diwajah anak-anak saudara kita yang fakir.
Mari kalahkan hawa nafsu, uang untuk menjadikan hidup berkualitas dunia dan akhirat, bukan mengekang dari aktifitas yang bersifat akhirat.
Penulis Muhammad Hadhrami
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,