Asmara Subuh atau yang disingkat dengan ASBUH, dari penamaannya saja kita sudah mendapatkan makna negatif, bagaimana bisa waktu subuh yang harusnya digunakan untuk tadarusan, malah digunakan untuk pacaran?
Libur sepanjang bulan Ramadhan yang diberikan oleh pemerintah kerap disalahgunakan oleh sebagian pemuda kita, karena libur ini sejatinya diberikan agar fokus beribadah, bukan dijadikan kedok untuk mengelabui orangtua.
Berjalan-jalan selepas sahur, berkeliling kota, berkumpul-kumpul, berdua-duaan, bahkan demi itu shalat subuh dilewatkan!
Sungguh, satu pemandangan yang terus berulang setiap tahunnya akan tetapi kita tidak juga memiliki solusi yang efektif, efek dari lepasnya kontrol orangtua terhadap anaknya, saudara lelaki yang membiarkan saudari perempuannya dibawa lelaki asing, dan terlebih lingkungan yang saling tidak peduli antara satu sama lain.
Islam jelas sangat tegas dalam pesannya untuk menutup setiap jalan yang mengarah kepada kemungkaran terlebih zina yang merupakan salah satu dosa terbesar, Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)
Jadi, apapun bentuknya, dan apapun nama kemasannya, jika itu negatif atau mengarah ke yang negatif maka terlarang, seperti ASBUH yang menyalahgunakan moment Ramadhan ini.
Sebab utama menyelewengnya seseorang ke arah negatif adalah karena ia tidak memanfaatkan waktunya untuk hal yang positif, sebagaimana petuah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
“نفسك إن لم تشغلها بالحق شغلتك بالباطل”
“Jika engkau tidak menyibukkan dirimu dengan yang Haq (kebenaran/positif), maka ia akan disibukkan dengan yang Bathil (kejelekan/negatif)”.
Akan tetapi, memang secara umum, diri itu cenderung condong kepada yang negatif, sesuai dengan firman-Nya:
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ (53)
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang“. (Yusuf 53).
Maka dari itu, kita perlu mengenal Allah dan Rasul-Nya lebih dekat, agar cinta itu timbul dihati kita, karena dengan cinta maka ibadah akan terasa lezat dan bermakna.
Mari isi bulan yang mulia ini dengan memperbanyak amal saleh, ikat diri dengan mendaftarkannya ke acara-acara yang positif, agar tidak lepas dan menuruti hawa nafsunya.
Akhukum Fillah
Muhammad Hadhrami Achmadi