HIJRAHMU KEMANA?

PART 1

Akhir-akhir ini gairah keislaman semakin menemukan momentumnya, kajian-kajian islami semakin marak, media-media islami semakin mendominasi, dan stigma-stigma negatif tentang islam yang dihembuskan oleh kaum anti islam semakin tidak menjual, untuk itu mari kita syukuri bersama, Alhamdulillah.

Berkatnya, berpenampilan islami di tempat-tempat umum tidak lagi dirisihkan, padahal jika kita memundurkan waktu sedikit saja kembali ke tahun 2000-an, maka tidak jarang mereka yang berpenampilan islami dikucilkan bahkan diintimidasi karena dianggap serupa dengan penampilan para teroris.

Kemudian semuanya berubah dengan cepat, penampilan islami pun lambat-laun kini menjadi bagian trend berpakaian, jika dulu penggunanya diteriaki teroris, kini para artis pun ikut mentenarkannya. Untuk sebatas ini, tidak ada yang perlu dipermasalahkan, toh sebuah pemandangan yang patut disyukuri jika tidak lagi ada orang-orang yang mengumbar aurat di ruang publik.

Namun sebagai usaha menjaga momentum ini agar terus baik bahkan semakin berkualitas, ijinkan penulis menyampaikan sepatah dua patah kata nasehat untuk kita semua tentang hakikat dari berpenampilan islami ini, terutama bagi kaum wanita. untuk itu kami akan membagi tulisan menjadi beberapa bagian agar lebih mudah untuk difahami.

 

1 – KESEMPURNAAN ISLAM

Salah-satu sebab yang membuktikan bahwasanya islam telah sangat sempurna untuk menjadi pedoman hidup umatnya adalah islam sangat memperhatikan tentang kemaslahatan dan kemudharatan, maka tidak ada satupun kebaikan dan pintu-pintunya ataupun kerusakan dan jalan-jalannya kecuali islam telah menerangkannya, sebagaimana yang akan dijelaskan oleh hadits berikut:

عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ حَنْطَبٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا تَرَكْتُ شَيْئَا مِمَّا أَمَرَكُمُ اللهُ بِهِ إِلاَّ وَقَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ، وَلاَ تَرَكْتُ شَيْـئًا مِمَّا نَـهَاكُمُ اللهُ عَنْهُ إِلاَّ وَقَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ

Dari Muththalib bin Hanthab, seorang Tabi’in terpercaya, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari perintah-perintah Allah kepada kalian, melainkan telah aku perintahkan kepada kalian. Begitu pula tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari larangan-larangan Allah kepada kalian melainkan telah aku larang kalian darinya” (1)

Maka, jelaslah bagi kita maksud dan tujuan dari kewajiban hijab bagi muslimah di dalam islam, yaitu untuk mendatangkan kebaikan bagi wanita itu sendiri dan melindunginya dari tindakan kejahatan. Silahkan cari tahu tentang persentase tingkat kejahatan terhadap kaum wanita dinegara-negara dunia, maka akan kita dapati bahwa negara yang mewajibkan wanitanya untuk berhijab didapati sebagai negara dengan tingkat kejahatan terhadap wanita terkecil jika dibandingkan dengan negara-negara sekuler yang katanya memberikan wanita kebebasannya, namun nyatanya malah mengantar mereka kepada kehancuran yang nyata.
2 – KEISTIMEWAAN TAUBAT

Hijrah dalam konteks kekinian bisa dibilang sebagai sinonim taubat, yaitu keadaan dimana seorang muslim atau muslimah yang bertaubat dari gaya hidupnya yang sekuler tanpa menghiraukan batasan-batasan agama menjadi sesosok yang islami, dimulai dari perubahan style pakaian, dari terbuka menjadi berhijab dan seterusnya dengan mengikuti kajian-kajian islami.

Bagi mereka yang Allah istimewakan dengan hidayah-Nya ini kita sampaikan kabar gembiran dengan firman-Nya:

وَالَّذِينَ عَمِلُواْ السَّيِّئَاتِ ثُمَّ تَابُواْ مِن بَعْدِهَا وَآمَنُواْ إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيم

“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (2)

Dan dari Abu Huroiroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang diceritakan dari Rabbnya ‘azza wa jalla:

أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ

“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan ‘Allahummagfirliy dzanbiy’ [Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi taubatnya, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi gfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi igfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.” (3)

 

PART 2

3 – HIJRAHMU KEMANA?

Hijrah kemana dan untuk apa? Itu dia pertanyaan yang harus ditanyakan ke diri masing-masing. Melalui hadits berikut, tanyakan nurani anda.

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (4)

Diatas sudah kita singgung bahwa penampilann islami kini mulai menjadi trend fashion, untuk itulah mengapa kita bertanya tentang arah dan tujuan hijrah itu sendiri, Hijab sebagai suatu kewajiban memiliki maksud dan tujuan yang agung seperti yang sudah kita sebutkan juga diatas, maka jika kita renungkan kembali maka hijab seharusnya menjauhkan seorang wanita dari menarik perhatian publik, bukan malah sebaliknya. Karena hijab itu melindungi maka ia menjauhkan bukan malah mengundang.

Sosial media yang mendominasi keseharian kita lah yang menjadi faktornya utamanya, seorang wanita berhijab yang dikehidupan nyatanya menutup diri dari kaum lelaki, mengapa dikehidupan dunia mayanya malah seakaan membuka diri dengan memposting foto-foto yang jika pose tersebut dilakukannya secara nyata di depan seorang lelaki pasti ia sendiri sudah tahu apa akibatnya.

 

4 – SYARAT DITERIMANYA SUATU AMAL

Hijrah sebagai proses menuju kehidupan yang lebih baik sama dengan amalan-amalan lainnya yang dituntut juga dengan syarat-syarat tertentu agar diterima oleh Allah Ta’ala, jadi apa syarat-syarat tersebut?

Syaikh Muhammad Jamil Zainu rahimahullahu ta’ala menjawab: (5)

Syarat-syarat diterimanya di sisi Allah ada tiga:

Pertama, beriman dan bertauhid kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً

“Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shalih, untuk merekalah surga-surga Firdaus.” (QS. Al Kahfi: 107)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قُلْ أَمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

“Katakan, ‘Aku beriman kepada Allah’, kemudian istiqamah-lah.” [HR. Muslim]

 

Kedua, ikhlas. Yaitu, beramal untuk Allah tanpa riya’ dan sum’ah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ

“Maka, ibadahilah Allah dengan ikhlas untukNya dalam [menjalankan] agama.” (QS. Az Zumar: 2)

 

Ketiga, sesuai dengan apa yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا

“Dan apa-apa yang datang kepada kalian dari Rasulullah, maka ambillah. Dan apa-apa yang beliau larang darinya untuk kalian, maka jauhilah.” (QS. Al Hasyr: 7)

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa saja yang mengerjakan amalan yang tidak kami contohkan, maka amalannya tertolak.” [HR. Muslim]

 

5 – ISTIQAMAH-LAH DIATAS HIDAYAH

Hidayah sangatlah mahal, tidak semua orang bisa mendapatkannya, karena hidayah datangnya dari Allah Ta’ala, hanya bagi mereka yang dikehendaki-Nya, untuk itu Istiqamahlah diatas jalan mulia ini, lupakan kehidupan lamamu dan orang-orang yang hendak mengajakmu kembali kepadanya. Berikut wasiat baginda Nabi untukmu:

عَنْ أَبِيْ عَمْرٍو، وَقِيْلَ أَبِيْ عَمْرَةَ، سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ، قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ.

Dari Abu Amr atau Abu Amrah ra; Sufyan bin Abdullah Atsaqafi ra berkata, Aku berkata: Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selain padamu. Rasulullah menjawab, “Katakanlah Saya beriman kemudian istiqomahlah.” (6)

Dan Allah Ta’ala berfirman:

(إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُوْا عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا وَأَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِىْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (7)

 

Maka saudariku, resapi lagi olehmu makna hijab tersebut, tinggalkan olehmu rayuan-rayuan dunia yang fana ini, apalah arti ribuan like itu, jika hakikatnya hal tersebut mencederai hakikat hijrah yang sudah susah payah engkau lakukan itu.

Wabillahi At Taufik wal Hidayah.

Wallahu A’lam.

 

(1) Riwayat Imam asy-Syafi’i dalam kitab ar-Risalah (hal. 87-93 no. 289)

(2) (QS. Al A’raaf: 153)

(3) ( HR. Muslim no. 2758). An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.

(4) HR. Bukhari-Muslim

(5) Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu. Hudz ‘Aqidatak min Al Kitab wa As Sunnah Ash Shahihah, halaman 9.

(6) (HR. Muslim)

(7)   (QS. Fusshilat/ 41 : 30)

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *