وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Qs. al Ashr: 1-3)
Ikhwatal iman, Saudaraku seiman
Dalam surat ini, Alloh memulainya dengan bersumpah dengan al Ashr (masa/waktu), yaitu malam dan siang yang merupakan saat di mana seseorang melakukan sesuatu. Setelah itu, Alloh menghabarkan tentang manusia dengan penegasan bahwa manusia itu benar-benar dalam kerugian alias tidak beruntung. Namun, kemudian Alloh menyebutkan pengecualian, artinya bahwa orang-orang yang dikecualikan tersebut tidak termasuk manusia yang merugi. Artinya, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan keberuntungan. Siapakah mereka itu ? mereka adalah orang-orang yang bersifat dengan 4 hal berikut ini.
Pertama, orang yang beriman. Beriman dengan apa? beriman dengan apa-apa yang Alloh perintahkan untuk diimani. Sungguh benar, orang yang beriman itu, mereka akan beruntung. Bukankah Alloh tabaroka wata’ala telah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”. (QS. al Mu’minun :1)
Dan tentu saja, orang beriman yang beruntung itu adalah mereka yang beriman dengan sebenar-benarnya, tidak mencampuradukan keimanannya dengan kesyirikan. Bukankah Alloh tabaroka wata’ala telah berfirman:
أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Artinya: “Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia”. (Qs. al Anfal : 4)
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs.al An’am : 82)
Kedua, mengerjakan amal saleh. Apa itu amal sholeh? amal sholeh adalah amal yang diridhoi oleh Alloh ta’ala, meliputi segala amal baik. Baik menurut siapa? baik menurut Alloh dan Rosul-Nya. Jadi, amal apa saja yang amal tersebut dinilai baik oleh Alloh dan Rosul-Nya, maka amal tersebut adalah amal sholeh. Jika seseorang melakukannya, maka ia tak akan merugi. Tentunya, sepanjang ia melakukannya dengan ikhlas, beriman dan mengikuti petunjuk Rosul-Nya shallallohu ‘alaihi wasallam. Karena, orang yang beramal sholeh namun ia tidak ikhlas maka ia rugi begitu juga bila ia tidak beriman. Perharikan firman Alloh ta’ala:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. az Zumar : 65)
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan*, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. ( Qs. al Furqon : 23)
*Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia Amal-amal itu tak dibalas oleh Allah karena mereka tidak beriman.
Begitu juga akan merugi, bila seseorang beramal namun tindak mengikuti petunjuk, sekalipun ia ikhlash karena Alloh. Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersada:
« مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ».
“Barang siapa yang melakukan suatu amalan (dalam agama ini) yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Jadi, beramal sholeh yang akan menjadikan pelakunya tidak merugi adalah, ia ikhlash karena Alloh dalam beramal, beriman dan mengikuti petunjuk nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam.
Adapun hal yang ketiga dan keempat, insyaa Alloh akan kita bahas pada bagian kedua. Allohu a’lam.
Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. (Abu Umair)