Kisah Sebuah Kalung Emas

Memenuhi perintah Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam– tanpak jelas pada kehidupan para wanita shahabiyat yang mulia. Mereka telah memberikan contoh yang terbaik dan telah mengukir lembaran sejarah yang indah, sebagai pengamalan dari Firman Allah Yang Mahabenar, Mahatinggi, dan Mahamulia.

يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوااسْتَجِيبُوالِلَّهِوَلِلرَّسُولِإِذَادَعَاكُمْلِمَايُحْيِيكُمْ [الأنفال : 24]

Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian. “ (Qs. Al-Anfal : 24)

Pembaca yang budiman…

Sikap yang tercermin dalam kisah “ Sebuah kalung Emas “ berikut ini menunjukkan kepada kita satu contoh respon cepat para wanita shahabiyat terhadap agama dan terhadap risalah yang dibawa oleh Rasululullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-, serta ketundukan mereka yang sempurna terhadap segala aturan Allah subhanahu wata’ala.

Tsauban dalam sebuah riwayat mengatakan, “ Aku bersama Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- masuk ke tempat Fathimah (putri beliau-ed) di mana pada saat itu dia telah mencopot sebuah kalung emas dari lehernya, dia berkata, ‘Kalung ini dihadiahkan oleh Abu al-Hasan (Ali) kepadaku’. Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, ‘Wahai Fathimah ! senangkah kamu jika orang-orang mengatakan, Fathimah putri Muhammad memilki kalung dari Neraka ?’ Kemudian beliau keluar. Akhirnya Fathimah pun membeli seorang budak lelaki dengan kalung tersebut lalu memerdekakannya. Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- berkata,’ Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fathimah dari Neraka.”.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya * dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz Dzahabi. Dishahihkan juga oleh al-Munzdziri dalam at-Targhib wa at-Tarhib (1/336), dia berkata, “ Diriwayatkan oleh an-Nasai denga sanad yang shahih sebagaimana adz-Dzahabi telah menshahihkan dalam Mizan al-I’tidal (6/39)

Dari hadis di atas, jelas bagi kita akan kesungguhan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam menjaga dan menyelamatkan putrinya. Karena seperti yang telah diriwayatkan, bahwa Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- sendiri tidak bisa menyelamatkannya di akhirat nanti, karenanya beliau sangat bersungguh-sungguh dalam menasehatinya dalam menunjukkannya ke jalan yang benar. Dan Fathimah –semoga Allah meridhainya- adalah sebaik-baik orang yang melaksanakan perintah dan menunaikannya.

Hadis di atas juga menunjukkan perhatian dan kesungguhan seorang suami dalam mencintai dan menyayangi istrinya, serta sikapnya yang membuat hati istrinya semakin mencintainya. Hal ini dapat dilihat dalam perkataan Fathimah, “ Kalung ini dihadiahkan oleh Abu al-Hasan kepadaku”, dan yang dimaksud ialah Ali-semoga Allah meridhainya.

Wallahu a’lam

Sumber :

Dinukil dari “Durusun Min Hayati ash-Shahabiyaat”, Dr. Abdul Hamid as-Suhaibani, (Edisi Bahasa Indonesia), hal. 18–20, dengan gubahan dan ringkasan.

Amar Abdullah bin Syakir

Note :

*Musnad Ahmad, 5/278; Mustadrak al-Hakim, 3/165, Sunan an-Nasai al-Kubra, 5/434; Musnad ar-Rauyani, 1/409. Lihat Mu’tashir al-Mukhtashar, karya Abul Mahasin al-Hanafi, 2/213

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *