Hijabku Menolak Harta Dunia

Namaku Jenna. Aku masuk Islam sudah lima tahun. Saat itu aku belum berhijab. Baru pada Ramadan tahun 2013 aku memakainya. Awalnya, aku berhijab karena ingin memperingati hari berhijab sedunia pada bulan Februari. Ternyata setelah memakainya, aku tidak lagi merasa bahwa berhijab itu menakutkan seperti yang kukira sebelumnya. Perasaan ini muncul karena aku dibesarkan di Amerika Selatan, wilayah yang cukup mudah untuk berprasangka buruk tentang Islam.

Aku sempat pindah dari Arkansas ke California. Awalnya kupikir di tempat baru keberadaanku akan lebih mudah diterima karena akan banyak muslimah berhijab di sana. Ternyata dugaanku keliru. Di California selatan orang-orangnya malah jauh dari kata toleransi terutama terhadap perempuan berhijab dibandingkan dengan Arkansas.

Saat melamar kerja, salah satu pemilik perusahaan melakukan wawancara sendiri terhadapku. Dia bilang bahwa semua kualifikasi yang kumiliki itu memenuhi syarat dan yang selama ini dia cari. Aku akan diterima bekerja di perusahaannya hanya apabila aku  mau melepas hijabku. Pernyataannya membuatku shock dan tak mampu berkata apapun.  Aku adalah seorang perawat berpengalaman. Apa hubungannya keahlianku  ini dengan keharusan untuk melepas hijab? Benarkah ini yang dinamakan kemajuan dengan memaksa orang untuk melepaskan diri dari apa yang diyakininya?

Kesadaranku memakai hijab bukan karena dorongan seseorang ataupun ingin meraih sesuatu secara materi. Aku memakai hijab itu karena cinta dan rasa patuhku pada Allah. Aku merasa dengan berhijab, ada perasaan terlindungi dari gemuruhnya dunia yang penuh dengan hal-hal buruk ini. Aku  tak akan melepasnya meskipun itu  berarti aku harus kehilangan peluang mendapat pekerjaan yang sempurna dan kuimpikan selama ini.

Saat itu aku hanya tersenyum dan menjelaskan pada pemilik perusahaan bahwa hijab ini adalah hakku, kebebasanku, dan pilihanku sebagai bukti bahwa aku seorang muslim. Aku tak berharap orang tersebut atau siapa pun memahami keputusanku untuk berhijab ini. Tapi satu hal yang pasti, Alhamdulillah kupanjatkan setiap hari karena Allah telah menuntunku kepada cahaya kebenaran Islam. Allahu Akbar!

(riafariana/islamconverts/voa-islam.com, dengan gubahan pada judul)

Pelajaran :

  1. Hidayah Allah diberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya, di mana saja tempat seseorang tengah berada, Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَأَنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يُرِيدُ [الحج : 16]

Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al Quran yang merupakan ayat-ayat yang nyata, dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (Qs. Al-Hajj : 16)

لَقَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ [النور : 46]

Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memberikan petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Qs. An-Nuur : 46)

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [القصص : 56]

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk (Qs. Al-Qashash : 56)

  1. Bila petunjuk telah menghujam di dalam hati, maka tak ada yang dapat memalingkannya. Sebagaimana sabda Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam,

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ

Barangsiapa Allah memberikan petunjuk kepadanya niscaya tak seorang pun dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang telah disesatkan niscaya tak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya… (HR. Abu Dawud dan yang lainnya)

  1. Bagi orang yang keimanannya terhadapat kebenaran telah menghujam, niscaya harta dunia tidak akan dapat menggoyahkannya, sekalipun harta dunia tersebut sedemikian besar menjadi angan-angannya.
  2. Kecintaan seorang hamba kepada kebenaran akan menjadikannya rela mengorbankan segala keinginannya ketika bertolak belakang dengan kebenaran yang dicintainya.
  3. Kunci kebahagiaan sesungguhnya tidaklah terletak pada harta benda namun terletak pada keimanan dan ketakwaan di dalam hati seorang hamba.
  4. Berpegang teguh dengan kebenaran jauh lebih berharga ketimbang harta dunia
  5. Hendaknya seorang muslim/muslimah bangga dengan identitasnya
  6. Hidayah Allah merupakan bagian nikmat Allah yang sangat agung yang sepatutnya seorang hamba bersyukur kepadaNya dengan banyak menyanjung dan memujiNya dengan lisannya, menjaganya dan memupuknya dengan terus banyak belajar tentang syariatNya.

Akhirnya, semoga Allah membimbing kita untuk tetap istiqamah berjalan di atas petunjukNya, dan semoga pula Allah memberikan kepada kita tampahan ilmu tentang syariatNya dan kita diberikan kemampuan untuk mengamalkannya. Amin

Wallahu a’lam

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis : Amar Abdullah bin Syakir

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *