Larangan Duduk Bersama Pelaku Maksiat

Berkumpul dengan teman-teman dan orang-orang terdekat adalah suatu nikmat tersendiri.


Bayangkan jika kita hidup sendirian dan tidak ada yang mengajak kita berbicara, tentu dunia akan terasa hampa dan sempit walau berada ditengah hamparan luas dan banyak orang.


Dalam berkumpul kita tetap harus memperhatikan syariat agar tidak terjatuh kepada perbuatan haram yang dilarang oleh syariat.


Dalam berkumpul tidak boleh ada gunjingan, kata-kata bohong, cercaan, perjudian, olok-olok kepada agama dan lain-lain yang tidak dibolehkan oleh syariat.

Jika dalam berkumpul terdapat suatu kemaksiatan maka kita memiliki dua pilihan; mengingkari maksiat tersebut, atau meninggalkannya dan tidak ikut duduk dengan mereka agar tidak ikut berdosa.

Larangan duduk bersama para pelaku dosa terdapat pada beberapa ayat didalam Al-Qur’an, Allah subahanhu wa ta’ala berfirman:

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ

“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka berbicara dengan pembicaraan lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka…” (QS. An-Nisa’: 140)


Ayat ini begitu jelas melarang kita untuk duduk bersama orang-orang yang berbuat maksiat sampai mereka merubah topik pembicaraan kepada yang Allah bolehkan atau menegur mereka, dan jika hal itu tidak kita lakukan maka kita terancam untuk mendapatkan dosa sama seperti mereka karena menyetujui mereka dalam perbuatan maksiat tersebut walaupun tidak ikut serta berbuat.


Allah juga berfirman:

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olok ayat-ayat kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikanmu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-An’am: 68).


Oleh karena itu kita diperintahkan untuk memilih teman yang baik yang dapat membawa kita kepada keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak berteman dengan yang teman buruk agar tidak menarik kita kepada hal-hal negatif yang Allah benci.

Pepatah arab mengatakan:

الصاحب ساحب

“Teman itu akan menarik temannya.”

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menceritakan cerita orang yang membunuh 100 orang kemudian ingin bertaubat dan meminta bimbingan kepada seorang shaleh, orang shaleh tersebut mengarahkannya untuk berhijrah ke suatu kampung yang ditempati oleh orang-orang baik sehingga ia bisa terpengaruh baik oleh mereka.


Kesimpulannya kita boleh duduk dan berkumpul dengan siapa saja selama tidak ada kemungkaran dan tidak melanggar syariat, jika terdapat kemungkaran maka kita wajib mengingkarinya atau meninggalkan perkumpulan tersebut agar tidak ikut berdosa bersama mereka.

Wallahu a’lam.

Penulis : Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *