Sabda-sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam berasal dari wahyu Allah subhanahu wa ta’ala kepadanya yang di sampaikan kepada ummat ini melalui lisan Nabinya, Allah berfirman:
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلهَوَىٰ . إِن هُوَ إِلَّا وَحي يُوحَىٰ
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4).
Dengan demikian sabda beliau sama dengan Al-Qur’an dari sisi keharusan untuk disampaikan kepada ummat ini agar menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi mereka, karena keduanya adalah wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala dan wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada ummatnya untuk selalu dipegang teguh dalam kehidupan mereka, kecuali hadits maudhu’ (palsu) yang dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, hadits seperti ini tidak boleh disampaikan kepada orang-orang awam kecuali dengan menjelaskan kepalsuan hadits tersebut.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendoakan orang yang menyampaikan perkataan beliau kepada orang lain dengan doa berikut:
نضر الله امرءا سمع مقالتي فبلغها، فرب حامل فقه غير فقيه، ورب حامل فقه إلى من هو من هو أفقه منه
Semoga Allah mencerahkan (menjadikan bercahaya) wajah orang yang mendengar perkataanku (haditsku) kemudian ia menyampaikannya (kepada orang lain), betapa banyak orang yang menyandang ilmu tidak memahaminya, dan betapa banyak orang yang menyandang ilmu menyampaikannya kepada orang yang lebih bisa memahami ilmu tersebut.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadits ini Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendoakan orang yang mendengarkan hadits beliau kemudian menyampaikannya kepada orang lain sebagaimana ia dengar tanpa menambah atau menguranginya dengan doa tersebut. Karena yang menyampaikan hadits beliau adalah penyambung lidah dari beliau, sehingga pantas bila ia didoakan demikian oleh nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tersebut adalah anjuran dan motivasi bagi kita untuk memberikan perhatian khusus terhadap hadits-hadits Nabi. Orang yang menuntut ilmu sebagaimana beliau wariskan kemudian mengajarkannya kepada orang lain maka ia diharapkan tergolong kedalam orang-orang yang didoakan oleh nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits tersebut.
Imam Al-Hafidz Al-Mundziri berkata, نضر artinya adalah doa agar Allah memberikannya nikmat, kebahagiaan, dan keelokan rupa, sehingga kata نضر bisa dimaknai جمل وزين memperindah dan menghias.” (At-Targhib Wat-Tarhib 1/108).
Imam Ibnul Qayyim memiliki perkataan yang begitu indah mengenai hadits ini, beliau berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendoakan orang yang mendengar haditsnya, kemudian memahami maknanya, kemudian menghafalnya, lalu menyampaikannya kepada orang lain, dan ini semua adalah empat tahapan dalam menuntut ilmu. Yaitu; pertama mendengar, kedua memahami isinya, ketiga menghafalnya agar tidak lupa dan hilang, keempat menyampaikan dan menyebarluaskannya kepada ummat agar ilmu tersebut berbuah dan mencapai apa yang dimaksudkannya… sehingga barangsiapa yang melaksanakan empat hal tersebut maka ia masuk kedalam doa nabi.” (Miftahu Daris Sa’adah 1/71).
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang masuk kedalam doa tersebut.
Oleh: Arinal Haq
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,