Maksiat Mengikis Keberkahan

Maksiat dapat mengikis keberkahan dalam hidup, keberkahan banyak macamnya, baik keberkahan hidup, rezeki, ilmu, amal, ketaatan dan sebagainya.

Jika Allah SWT sudah memberkahi kehidupan seseorang, kehidupannya akan begitu berguna dalam setiap detiknya, ia bisa berbuat banyak hal bermanfaat baik urusan dunia atau akhirat dalam waktu yang singkat. Bisa jadi Allah SWT memberinya umur pendek didunia, namun apa yang sudah ia hasilkan dari umur pendek tersebut bisa melebihi orang yang berumur panjang. Sedangkan orang yang berumur panjang jika tidak mendapatkan keberkahan dari Allah SWT dalam hidupnya ia tidak akan menghasilkan apa-apa.

Jika kita membuka lembaran-lembaran sejarah umat islam dimasa lampau, kita akan menemukan banyak sekali orang-orang shaleh atau ulama-ulama pendahulu kita yang umurnya terhitung tidak panjang seperti Imam Syafi’i & Imam Nawawi rahimahumallah, namun umur mereka yang pendek itu begitu berkah dan berarti, sehingga mereka dapat mewariskan ilmu yang berupa kitab yang begitu banyak untuk umat islam, nama merekapun tak henti-hentinya disebut dalam majelis-majelis ilmu. Mungkin jika kita bandingkan antara umur mereka dengan jumlah karya yang telah mereka tulis kita akan bertanya-tanya, bagaimana bisa karya yang begitu banyak dapat ditulis dalam waktu sesingkat itu? Padahal untuk menulis suatu karya membutuhkan bekal ilmu yang cukup, kapan mereka menuntut ilmu? dan kapan mereka mulai menulis kitab? Itu semua karena Allah SWT memberkahi umur mereka.

Sungguh rugi orang yang tidak mendapatkan keberkahan karena perbuatan dosanya, ia bernikmat-nikmat dengan maksiatnya tanpa menyadari bahwa Allah SWT mencabut keberkahan dari hidupnya, ia tidak menyadari bahwa nikmat yang Allah cabut darinya lebih besar daripada nikmat yang dia dapatkan dari bermaksiat kepada Allah SWT.

Sedangkan orang yang senantiasa berusaha taat kepada Allah SWT, beriman dan bertakwa maka mereka akan mendapatkan keberkahan yang telah Allah SWT janjikan.

Allah SWT berfirman:

وَلَو أَنَّ أَهلَ ٱلقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَواْ لَفَتَحنَا عَلَيهِم بَرَكَٰت مِّنَ ٱلسَّمَاءِ وَٱلأَرضِ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf: 96).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

وَأَلَّوِ ٱستَقَٰمُواْ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسقَينَٰهُم مَّاءً غَدَقا

Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (QS. Al-Jin: 16).

Allah berfirman dalam hadits Qudsi:

وَإِنِّيْ إِذَا أُطِعْتُ رَضِيْتُ، فَإِذَا رَضِيْتُ بَارَكْتُ وَالْبَرَكَةُ مِنِّيْ تُدْرِكُ الْأُمَّةَ بَعْدَ الْأُمَّةِ

“Dan sesungguhnya Aku, Jika Aku di taati Pasti Aku akan Ridho. Jika aku telah Ridho pasti aku akan memberikan keberkahan. Dan keberkahan-Ku itu akan menimpa umat setalah umat yang lain.” [HR. Ibnu Abi Hatim]

 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “rezeki dan amal tidak dilihat dari kuantitasnya, umur juga tidak dilihat dari banyak bulan dan tahunnya,  tetapi dilihat dari seberapa banyak berkah yang ada didalamnya.”

Dalam arti yang lebih bebas, rezeki amal, dan umur tidak dilihat dari kuantitasnya, tetapi dilihat dari kualitasnya, semakin berkah maka akan semakin berkualitas.

Betapa indahnya perkataan ibnul qayyim tentang rezeki dan kehidupan diatas, semakin berkah harta dan hidup seseorang, semakin bermanfaat pula bagi pemiliknya, begitu pula sebaliknya bila ia tidak berkah, sebanyak apapun tidak akan memberikan manfaat apapun. Apalah gunanya banyak harta jika tidak ada keberkahan, ia hanya dihabiskan untuk membangun dunia yang fana dan tidak digunakan untuk membangun tempat tinggal abadi di akhirat atau memberikan manfaat kepada orang yang membutuhkannya, rezeki tersebut akan lepas darinya ketika ia mati dan berpindah ke tangan ahli warisnya tanpa meningglakan jejak apapun darinya. Apalah artinya umur panjang jika tidak ada keberkahan, ia tidak membuat seseorang bertambah dekat kepada rabbnya atau memberikan jejak baik yang bisa dimanfaatkan dan dikenang oleh generasi-generasi setelahnya, apalah artinya ia yang berumur panjang jika tidak ada jejak positif yang ia tinggalkan, halnya sama seperti bayi yang lahir lalu meninggal, sama-sama pernah ada didunia dan berlalu tanpa bekas apapun, hanya saja nanti di akhirat ia akan dihisab sedang si bayi tidak.

Namun alangkah beruntungnya jika Allah memberikan seseorang umur yang panjang dan berkah, umurnya ia habiskan untuk berbuat ketaatan guna untuk menjadi bekal di akhirat kelak.

Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa ada seorang Arab Badui berkata kepada Rasulullah ﷺ: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” beliau menjawab: “Siapa yang paling panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Tirmidzi).

Kesimpulannya, kemaksiatan akan mengikis keberkahan dari kehidupan seorang hamba, karena keberkahan adalah mutlak milik Allah SWT, dan Ia hanya akan memberikannya kepada hamba-hambanya yang taat.

Ditulis oleh: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *