Demi Menjagokan Orang Kafir, Al-Qur’an pun dibantah

Himbauan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj pada pilkada serentak 2017 menuai kecaman, pasalnya ia tak mempermasalahkan bila calon kepala daerah itu non-Muslim asal jujur dan dipercaya rakyat. dilansir detiknews.com (16/4/2016)

Padahal larangan mengangkat orang kafir sebagai pemimpin telah jelas dalam Al-Qur’an. Setiap orang yang mengaku muslim wajib mentaatinya. Bahkan ancaman adzabnya pun jelas, bila seseorang lebih memilih orang kafir sebagai pemimpin dan tidak memilih orang mukmin. Sampai disebut dalam Al-Qur’an sebagai munafik dan bahkan termasuk golongan mereka yang kafir, serta mereka akan mendapat siksaan yang pedih.

Anehnya, ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah jelas pun dibantah demi menjagokan orang kafir. Betapa hinanya sikap menjual ayat kepada orang kafir dengan cara membantah Al-Qur’an demi menjagokan orang kafir semacam ini. Padahal larangan dan ancamannya telah tegas.

Dan jangan dikira, orang-orang media dan lainnya yang menyebarkan dan mendukung pendapat yang menentang Al-Qur’an itu tidak terkena apa-apa. Mereka bila beragama Islam maka tergolong munafik, dan diancam siksa sangat pedih di akherat kelak. Bila sampai datang kematiannya mereka tidak sempat bertaubat, maka mereka akan  jadi teman orang kafir yang sudah jelas tempatnya di neraka selama-lamanya. (lihat QS Al-Bayyinah: 6).

Inilah larangan mengangkat orang kafir sebagai pemimpin, dan ancaman siksanya.

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ ٱليَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰ أَولِيَاءَ بَعضُهُم أَولِيَاءُ بَعض وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُم فَإِنَّهُۥ مِنهُم إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهدِي ٱلقَومَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim [Al Ma”idah51]

بَشِّرِ ٱلمُنَٰفِقِينَ بِأَنَّ لَهُم عَذَابًا أَلِيمًا  ٱلَّذِينَ يَتَّخِذُونَ ٱلكَٰفِرِينَ أَولِيَاءَ مِن دُونِ ٱلمُؤمِنِينَ أَيَبتَغُونَ عِندَهُمُ ٱلعِزَّةَ فَإِنَّ ٱلعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعا

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah [An Nisa”,138-139]

Dalam ayat itu, orang baru bertindak (tidak sampai mengkampanyekan) memilih orang kafir sebagai pemimpin ataupun teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin saja sudah diancam siksa yang pedih, tergolong barisan kafirin, dan disebut munafik. Bagaimana pula orang yang jadi propagandis untuk memilih orang kafir sebagai pemimpin?

Wahai kaum Mukminin, mari kita camkan ayat-ayat ini  agar menjadi peringatan benar-benar bagi kita.

فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيَاطِينَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّا  ثُمَّ لَنَنْزِعَنَّ مِنْ كُلِّ شِيعَةٍ أَيُّهُمْ أَشَدُّ عَلَى الرَّحْمَنِ عِتِيًّا  ثُمَّ لَنَحْنُ أَعْلَمُ بِالَّذِينَ هُمْ أَوْلَى بِهَا صِلِيًّا

(68) Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut, (69) Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, (70) Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka [Maryam,68-70]

Apabila sampai tingkah-tingkah dan sepak terjang membela orang kafir itu termasuk tidak mengimani ayat Allah (karena memang membantahnya dan sebagainya), maka diancam akan termuk golongan yang diberi kitab catatan amalnya di akherat dari sebelah kirinya. Celakah dia.

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ  وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ  يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ  مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ  هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ  ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ  إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ

(25) Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), (26) Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, (27) Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, (28) Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku, (29) Telah hilang kekuasaanku daripadaku”, (30) (Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya, (31) Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala, (32) Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta, (33) Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar, (34) Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin [Al Haqqah,25-34]

“tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin” saja menjadi poin penting dalam adzab, apalagi menggusuri, menzalimi, menyengsarakan dan sebagainya. Mereka yang mendukung tingkah penyengsaraan terhadap orang miskin dengan ucapan yang indah-indah, maka betapa berat tanggungannya atas dosa dan dustanya itu.

Na’udzubillahi min dzalik! Sudah menjual ayat demi menjilat kafirin, masih pula diliputi dusta-dusta yang sengat menipu dan mengecoh serta menjadikan terjerumus dan tidak amannya umat Islam; maka betapa beraninya manusia semacam ini dalam memusuhi Umat Islam, Islam, dan bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sumber: nahimunkar.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *