Jadilah Engkau Seorang Dai (Bagian 1)

Beberapa pelajaran yang dipetik dan diterjemahkan dari ceramah Syeikh Shaleh bin Abdul Aziz Alu Syaikh.

Bawalah selalu panji dakwah

Marilah kita menjadi para dai yang mengajak ke jalan Allah yang lurus baik disaat kita di rumah, di tempat kerja, atau di perjalanan. Namun itu bukan berarti kita harus mengosongkan waktu siang dan malam untuk berdakwah seperti halnya orang yang aktifitasnya hanya menuntut ilmu, atau seperti dai yang terkenal, bukan demikian! Tetapi yang dimaksud adalah kita selalu merasakan kewajiban berdakwah, dan kapan kita menemukan kesempatan untuk berdakwah kita selalu maju.

Dakwah bisa dengan bermacam-macam cara, bisa dengan perkataan dan nasehat, atau membagi-bagikan bacaan yang bermanfaat, atau dengan menghadiahkan sesuatu. Yang penting adalah kita selalu memikirkan cara untuk menebarkan kebaikan dan hidayah.

Dakwah yang paling agung adalah dakwah tauhid

Marilah kita menjadi para dai yang mengajak ke jalan Allah SWT. Dan dakwah yang paling agung adalah dakwah kepada sesuatu yang paling dicintai oleh Allah SWT, dan yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah mengesakan Allah SWT. Para rasul semuanya beragama dengan agama yang satu, yakni agama islam. Dan agama islam adalah satu-satunya agama yang mengesakan Allah SWT, yang mengandung ajaran akidah yang haq yang dibawa oleh para rasul.

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. An-Nisa’: 85).

Memulai dari yang terpenting

Marilah kita menjadi para dai yang mengajak ke jalan Allah SWT dengan mengikuti metode para nabi, yaitu dengan memulai dari yang terpenting kemudian yang berikutnya. Metode ini telah dicontohkan oleh Nabi SAW ketika mengutus Mu’adz bin Jabal untuk berdakwah kepada penduduk yaman seraya bersabda:

إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ

Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka untuk yang pertama kalinya ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan Allah…” (HR. Muslim).

Dengan demikian metode dakwah yang benar adalah memperhatikan tingkatan kebutuhan orang-orang yang menjadi objek dakwah, kemudian kita memulai dakwah dari yang paling mereka butuhkan. Jika mereka jatuh kepada hal-hal yang menyimpang dari pengesaan terhadap Allah SWT (tauhid), maka penyimpangan inilah yang harus dahulu diluruskan, sedangkan perkara-perkara lainnya nanti menyusul setelah meluruskan perkara ini.

Jagalah hati untuk selalu ikhlas

Marilah kita menjadi para dai yang mengajak ke jalan Allah SWT dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun selain dari Allah SWT. Medan dakwah adalah salah satu medan yang sangat berpotensi untuk mencemari keikhlasan niat, karena medan dakwah akrab halnya dengan berbicara di depan umum, disebut-sebut dikalangan masyarakat umum, serta terkenal dikalangan masyarakat luas, sehingga dakwah adalah salah satu amal shaleh yang paling banyak tantangannya.

Oleh karena itu, ketika kita berdakwah, maka hendaknya kita selalu mengingatkan diri sendiri akan pentingnya ikhlas dan tulus dalam berdakwah, dan bahwasanya dakwah bukanlah untuk menguatkan posisi kita ataupun kelompok atau kalangan tertentu, tetapi dakwah untuk mengantar orang lain kepada jalan menuju ridho Allah SWT, dan agar mereka istiqomah didalam meniti jalan tersebut.

Bersambung… …

Diterjemahkan oleh: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *