Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan semua bentuk ibadah hanya boleh diperuntukkan baginya, tidak kepada yang lainnya tidak boleh pula pada saat seorang beribadah kepadaNya juga menujunjukkannya kepada selain diriNya.
Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang menghabarkan dalam sabdanya,
«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدّجّالِ؟» قَالوا: بَلَىَ. فَقَالَ: «الشّرْكُ الْخَفِيّ: يَقُومَ الرّجُلُ يُصَلّي فَيُزَيّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ»
“Maukah kalian aku kabari sesuatu yang lebih aku khawatirkan atas kalian daripada al-Masih ad-Dajjal?” Nabi melanjutkan, “Syirik yang samar, seseorang berdiri shalat, dia membaguskan shalatnya karena ada orang yang melihatnya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 4204)
Pembaca yang budiman, itulah riya, yaitu seseorang melakukan amal shalih dengan tendensi pandangan manusia agar mereka menyanjungnya.
Pembaca yang budiman, riya adalah penyakit hati yang bisa menimpa siapapun termasuk orang-orang shalih. Ia adalah penyakit yang berbahaya. Bahaya penyakit ini terlihat dari:
Pertama, lebih berbahaya bagi kaum muslimin daripada fitnah al-Masih ad-Dajjal, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Fitnah al-Masih ad-Dajjal itu berbahaya, namun Rasulullah lebih menghawatirkan ummatnya terfitnah oleh riya. Ini menunjukkan betapa besar bahayanya riya.
Kedua, riya lebih merusak daripada serigala di antara domba.
Nabi bersabda,
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ المَرْءِ عَلَى المَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
“Dua serigala lapar yang dilepas di antara domba tidak lebih merusak daripada ambisi seseorang terhadap harta dan kehormatan bagi agamanya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2376)
Sebuah perumpaan dari Rasulullah yang menjelaskan bahwa agama akan rusak oleh ambisi terhadap harta, karena ia membuat sibuk dari beribadah kepada Allah, dan agama juga rusak karena keinginan untuk dihormati dengan menggadaikan agama, hal itu manakala tujuannya adalah sanjungan orang.
Bisa diduga dengan dugaan yang kuat mengenai apa yang bakal tersebut pada seekor domba mana kala ia sendirian sementara ia bersama dengan dua ekor srigala yang lamar, apa itu? Ya, sang domba dalam bahaya, keselamatan jiwanya sangat terancam, boleh jadi, bahkan diduga kuat bahwa ia akan mati dimangsa si srigala yang tengah lapar tersebut. Namun, ternyata kondisi tersebut, tidak lebih berbahaya -kata Nabi- bila dibandingkan seorang yang beramal sholeh namun hatinya diseimuti oleh riya. Semoga Allah melindungi kita dari kondisi demikian ini.
Ketiga, membatalkan keberkahan amal baik dan menggugurkannya.
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 264).
Amal shalih, dalam hal ini adalah sedekah, seperti debu yang menempel di sebuah batu, lalu riya turun yang dalam hal ini diumpamakan sebagai hujan dan menyapu bersih sehingga tidak berbekas apa pun. Jika, demikian, sungguh riya adalah sesuatu yang berbahaya, bagaimana tidak?! Sudah capek-capek beramal atau mengeluarkan sesuatu yang berharga namun itu semuanya tidak berguna atau tidak mendatangkan manfaat, tidak mendapatkan balasan yang baik dari Allah ‘azza wajalla.
Nabi bersabda,
«قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ»
“Allah tabaraka wa ta’ala (Dzat yang Maha berkah dan Mahatinggi) berfirman, “Aku adalah Dzat yang paling tidak butuh kepada sekutu, barangsiapa melakukan suatu amal di mana dia mempersekutukanKu dengan selainKu padanya maka Aku meninggalkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim no. 2985)
Inilah 3 sisi yang menunjukkan bahayanya penyakit hati yang satu ini, insya Allah sisi selanjutnya akan dibahas pada tulisan berikutnya, semoga Allah melindungi hati kita dari terjangkiti oleh penyakit hati yang berbahaya ini. Amiin.
Bersambung…
Penyusun: Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet