Pembaca yang budimian, orang yang melakukan sihir, pada dirinya terdap sebuah penyakit yang berbahaya. Di samping bahwa sihir merupakan kesyirikan dan pelakunya teracam dengan kebinasaan. Juga bahwa orang yang melakukan sihir ini pada dasarnya ia tengah terjangkiti penyakit hasad, begitu juga orang hal demikian itu karena orang yang melakukan hal tersebut terdorong oleh keingingannya untuk hilangnya pada diri seseorang sebuah kenikmatan yang tengah dia rasakan. Inilah bentuk hasad yang terlarang, Allah melarang hal ini dalam firmanNya,
لاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ
“Janganlah kalian saling membenci, jangan pula saling mendengki, jangan pula saling membelakangi, dan jadilah kelian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal seorang muslim meng-hajr (tidak mengajak bicara) saudaranya di atas tiga malam.” (HR. Abu Dawud)
Jika demikian, jurus apakah yang mungkin dapat kita pergunakan untuk menghadapi atau menolak kedengkian orang yang dengki ini?
Ibnul Qayyim menuturkan, “Kejahatan orang yang hasad terhadap yang dihasadi dapat ditolak dengan 10 cara, diantaranya:
- Berlindung kepada Allah dari Kejahatannya
- Bertakwa kepada Allah
- Bersabar atas Musuhnya
- Bertawakal kepada Allah
- Mengosongkan Hati dengan Tidak Memikirkannya
- Bertaqarrub dan Mengikhlaskan Diri untuk Allah
- Memurnikan Taubat untuk Allah
- Bersedekah dan Berbuat Kebajikan Semampunya
- Memadamkan Kedengkian Permusuhan dan Gangguan Orang Dengan Berbuat Baik Kepadanya
- Memurnikan Tauhid untuk Allah
- Berlindung kepada Allah
Jurus ini seperti diperintahkan Allah dalam firmanNya,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ.مِن شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.
“Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai waktu subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki’.” (QS. Al-Falaq : 1-5)
Secara jelas Allah memerintahkan kepada nabiNya untuk memohon perlindungan kepadaNya dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. Hal ini berarti pula perintah bagi kita untuk melakukan hal yang serupa dengan apa yang diperintahkan kepada nabiNya.
-
Bertakwa kepada Allah
Yaitu dengan menjaga perintah Allah dan menghindari larangan-Nya. Karena barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah sendirilah yang akan menjadi penjaga dan pelindungnya, dan Ia tidak akan menyerahkannya kepada selain-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, kepada Abdullah bin Abbas -saat belia masih anak-anak,
يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya dihadapanmu.” (HR. At-Tirmidzi)
Maka barangsiapa menjaga (perintah dan larangan) Allah, maka Allah akan menjaganya dari berbagai ancaman yang dapat membahayakannya seperti tukang sihir dan apa yang dilakukannya.
-
Bersabar atas Musuhnya
Yaitu dengan berusaha untuk tidak melawan atau mengeluhkannya, bahkan tidak terbetik sedikitpun di hatinya untuk berusaha mengusik musuhnya ini. Karena ia tak akan dapat mengalahkan musuh dan orang yang hasad kepadanya dengan senjata yang lebih ampuh dari pada kesabaran dan tawakal kepada Allah. Janganlah ia menganggap lama dan besar akan kezhaliman musuhnya, karena setiap kali si musuh menzaliminya, kezhaliman tersebut akan menjadi pasukan dan kekuatan bagi orang yang dizalimi yang dengannya orang yang zalim tersebut memerangi dirinya sendiri tanpa ia sadari. Kezhalimannya ibarat anak panah yang ia lemparkan menuju dirinya sendiri. Seandainya hal ini dapat dilihat oleh orang yang dizalimi itu niscaya ia akan senang dengan kezhaliman tersebut. Akan tetapi karena lemahnya penglihatannya, ia tidak melihat kecuali eksistensi dari kezhaliman tersebut, tanpa mampu melihat akibat dan hasil akhirnya.
-
Bertawakal kepada Allah
Barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi kebutuhannya. Tawakal merupakan cara paling ampuh bagi seseorang untuk menolak apa-apa yang tak mampu ditolaknya, seperti penganiayaan, kezhaliman dan permusuhan. Tawakal merupakan cara terampuh untuk itu karena Allah akan mencukupinya, dan barangsiapa yang Allah telah mencukupi dan menjadi penjaganya maka tak ada lagi musuh yang berselera kepadanya.
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Dialah yang akan mencukupinya.” (QS. Ayh-Thalaq : 3)
Sebagian salaf mengatakan: “Allah telah menjadikan bagi setiap perbuatan balasan yang setimpal dari jenisnya, dan Ia menjadikan balasannya tawakal berupa kecukupan dari-Nya atas orang yang bertawakal tersebut.”
-
Mengosongkan Hati dengan Tidak Memikirkannya
Ini merupakan bagian dari obat yang mujarab dan cara ampuh ampuh yang dapat menolong seseorang untuk menolak bahaya-bahaya tersebut. Ibarat orang yang dikejar-kejar musuh untuk ditangkap dan disiksa, namun tiba-tiba musuh tersebut diam tidak mengapa-apakannya, keduanya pun tak saling bersentuhan, bahkan musuh itu pun menyingkir dan tak kuasa mengganggunya.
-
Bertaqarrub dan Mengikhlaskan Diri untuk Allah
Yaitu dengan menjadikan rasa mahabbatullah (cinta kepada Allah), berharap akan ridha-Nya dan inabah (kembali kepada-Nya) senantiasa mengisi hatinya dan menjadi cita-cita yang berjalan bersama hatinya sedikit demi sedikit sehingga dapat mengalahkan pengaruh buruk orang yang hasad kepadanya dan mengikisnya perlahan-lahan hingga hilang sama sekali.
Allah berfirman ketika mengisahkan tentang Iblis musuh-Nya yang berkata:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka.” (QS. Shaad: 82 – 83)
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka.” (QS. Al-Hijr: 42)
Dia pun menjawab:
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُم بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya syaithan itu tidak ada kekuasaan baginya atas orang-orang yang beriman dan ber-tawakal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaan syaithan itu hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. An-Nahl: 99-100).
-
Memurnikan Taubat untuk Allah
Yaitu dengan mengkhususkan taubat kepada Allah atas dosa-dosa yang menyebabkan musuh mampu menguasainya. Sebagaimana firman Allah:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura: 30).
Tidaklah seorang hamba dapat dikuasai oleh musuhnya kecuali karena dosa yang diperbuatnya, baik yang dia ketahui maupun yang tidak diketahuinya. Sedangkan dosa-dosa yang tak diketahuinya jauh lebih banyak dari pada yang ia ketahui. Dosa-dosa yang telah dilupakannya pun jauh lebih banyak dari pada dosa-dosa yang masih dia ingat.
-
Bersedekah dan Berbuat Kebajikan Semampunya
Sedekah dan kebajikan memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menolak bala, mencegah sihir ‘ain dan melenyapkan sifat hasad. Cukuplah apa yang dialami oleh umat-umat baik yang terdahulu maupun sekarang menjadi bukti akan hal ini.
-
Memadamkan Kedengkian Permusuhan dan Gangguan Orang dengan Berbuat Baik Kepadanya
Allah ta’ala berfirman,
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ. وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ. وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.
“Dan tidaklah, sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah ia menjadi teman yang setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan maka mohonlah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 34-36).
-
Memurnikan Tauhid untuk Allah
Allah berfirman,
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ
“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tiada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia, dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tiada yang dapat menolak karunia-Nya.” (QS. Yunus : 107).
Nabi berkata kepada Abdullah bin Abbas:
وَاعْلَمُ أَنَّ الأَمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَي أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَئٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَئٍ قَدْكَتَبَهُ اللهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُواعَلَيْ أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَئٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَئٍ قَدْكَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ
“Ketahuilah, seandainya seluruh umat ini bersatu padu untuk memberikan suatu manfaat kepadamu niscaya mereka tak akan mampu memberimu manfaat sedikit pun kecuali berupa apa yang telah Allah tentukan bagimu. Dan seandainya mereka bersatu padu untuk mencelakaimu niscaya mereka tak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali berupa apa yang telah Allah tentukan atasmu.” (HR. Tirmidzi).
Tatkala seorang hamba berhasil memurnikan tauhid untuk Allah maka hatinya akan terbebas dari rasa takut kepada selain-Nya. Musuhnya pun menjadi tak seberapa menakutkan baginya dibanding rasa takutnya kepada Allah, bahkan hanya Allah lah yang ditakutinya. Maka Allah pun mengamankannya dari musuhnya hingga lenyaplah segala uneg-uneg dan fikiran yang menghantuinya.
Rasa takutnya, cintanya, tawakalnya, inabah-nya dan perbuatannya hanya ia peruntukkan bagi Allah saja.
Ia sadar bahwa sibuk memikirkan keadaan musuh dan takut kepadanya merupakan sesuatu yang dapat menodai kemurnian tauhidnya, karena seandainya ia benar-benar memurnikan tauhidnya maka cukuplah hal itu menyibukkan dirinya dari hal lain. Kelak Allah lah yang akan bertugas menjaga dan membelanya karena Allah akan senantiasa menjadi pembela orang-orang yang beriman.
Jika ia termasuk orang yang beriman maka Allah pasti akan membelanya, dan pembelaan tersebut sesuai dengan kadar keimanannya. Jika imannya sempurna maka ia akan mendapat pembelaan maksimal dari Allah, dan jika imannya terkontaminasi maka pembelaan Allah pun akan mengendur. Begitu pula jika imannya mengalami ‘pasang-surut’ maka pembelaan Allah pun akan seperti itu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian salaf: “Barangsiapa menghadap Allah sepenuhnya maka Allah pun akan menyambut sepenuhnya, dan barangsiapa berpaling dari Allah sepenuhnya maka Allah pun akan berpaling sepenuhnya darinya. Dan barangsiapa sesekali menghadap dan sesekali berpaling maka Allah pun akan seperti itu terhadapnya.”
Singkatnya, tauhid merupakan benteng Allah yang paling kokoh, siapa saja yang memasukinya akan merasa aman.
Sebagian salaf mengatakan: “Barangsiapa takut kepada Allah maka segala sesuatu akan takut kepadanya, dan barangsiapa tidak takut kepada Allah maka segala sesuatu akan menakutkan baginya”. Wallahu a’lam.
Penyusun : Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet